Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Komersialisasi Agama dalam Sekolah: Tren Iklan Sholat Dhuha dan Tahfiz Quran pada SD Swasta Kota Bekasi




Mengamati jumlah sekolah dasar negeri di Kota Bekasi, data statistik menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 2019/2020, terdapat 417 sekolah dasar negeri yang beroperasi di Kota Bekasi. Namun, pada tahun 2020/2021, jumlah tersebut mengalami penurunan signifikan menjadi 358 sekolah. Tren penurunan ini berlanjut pada tahun 2021/2022 dan 2022/2023, dengan jumlah sekolah dasar negeri stabil pada 357 sekolah. Data terbaru untuk tahun 2023/2024 menunjukkan adanya penurunan lebih lanjut, dengan hanya 315 sekolah dasar negeri yang tersisa.

 

Sementara itu, jumlah sekolah dasar islami di Kota Bekasi menunjukkan tren yang berbeda. Pada tahun 2019/2020, terdapat 197 sekolah dasar islami di kota ini. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2020/2021 menjadi 201 sekolah. Tren peningkatan ini terus berlanjut pada tahun 2021/2022, dengan 208 sekolah dasar islami yang beroperasi. Pada tahun 2022/2023, jumlah sekolah dasar islami mencapai 214 sekolah.

 

Data ini menunjukkan adanya pergeseran dalam komposisi sekolah dasar di Kota Bekasi. Sementara jumlah sekolah dasar negeri mengalami penurunan, sekolah dasar islami mengalami peningkatan yang stabil. Fenomena ini menarik perhatian dan memicu pertanyaan tentang faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi perubahan ini.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang tua yang memilih pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam bagi anak-anak mereka. Sekolah dasar islami menawarkan pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan ajaran agama Islam dalam kurikulum mereka. Hal ini membuat sekolah dasar islami menjadi alternatif yang menarik bagi mereka yang menginginkan pendidikan yang berbasis agama.

 

Suburnya populasi sekolah swasta islami dibarengi dengan pergeseran prefensi orang tua dalam menyekolahkan anak – anaknya ke sekolah islami dengan harapan agar sejak kecil mereka mendapat asupan agama yang cukup. Disamping itu hal ini justru membuat sebuah kontruksi sosial baru dalam agama yang tentunya menuai kontroversi.

 

Fenomena program sholat dhuha dan tahfiz qur’an menjadi ladang market para pimpinan yayasan sekolah islami. Maka tak heran jika melihat kebanyakan brosur ataupun spanduk sekolah dasar islami mengiklankan dhuha dan tahfizh sebagai program unggulan, tentunya ini merupakan strategi marketing yang dibalut dengan agama.

 

Komersialisasi Agama dan Kontroversi.

 

Komersialisasi agama, istilah yang mengacu pada pemanfaatan agama sebagai sarana untuk tujuan komersial atau keuntungan finansial.

 

Pendidikan agama merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter dan pemahaman spiritual individu. Namun, belakangan ini, terdapat fenomena yang menarik perhatian di Kota Bekasi, yaitu meningkatnya program ibadah sholat Dhuha dan tahfiz Quran pada SD swasta yang kemudian dijadikan alat marketing. Meskipun program  ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama siswa, kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta bahwa ini merupakan bentuk komersialisasi agama yang merugikan.

 

Fenomena ini tidak dapat disangkal lagi sebagai bentuk komersialisasi agama. Iklan-iklan yang mempromosikan program-program ibadah tersebut secara jelas berfungsi sebagai sarana pemasaran dan penjualan di pasar pendidikan agama. Sekolah-sekolah swasta menggunakan iklan-iklan ini untuk menarik minat orang tua yang ingin memberikan pendidikan agama yang lebih baik kepada anak-anak mereka. Namun, apa yang seharusnya menjadi prioritas, yaitu pemahaman agama yang mendalam, telah berubah menjadi ladang bisnis yang menguntungkan.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan jumlah sekolah dasar negeri di Kota Bekasi, sementara jumlah sekolah dasar islami mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa komersialisasi agama telah mempengaruhi preferensi orang tua dalam memilih sekolah untuk anak-anak mereka. Orang tua terpengaruh oleh iklan-iklan yang menjanjikan pemahaman agama yang lebih baik melalui program-program ibadah sholat Dhuha dan tahfiz Quran. Mereka dibujuk oleh iming-iming bahwa anak-anak mereka akan menjadi "lebih saleh" dan "lebih berbobot" secara agama jika mengikuti program-program ini.

 

Komersialisasi agama ini memiliki dampak yang merugikan bagi pendidikan agama itu sendiri. Fokus utama pada aspek komersial dan pemasaran mengaburkan tujuan sebenarnya dari pendidikan agama. Tujuan utama dari pendidikan agama seharusnya adalah membangun pemahaman mendalam tentang ajaran agama, moralitas, dan nilai-nilai spiritual. Namun, iklan-iklan ini mengubah pendidikan agama menjadi suatu barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual.

 

 

 

Posting Komentar untuk "Komersialisasi Agama dalam Sekolah: Tren Iklan Sholat Dhuha dan Tahfiz Quran pada SD Swasta Kota Bekasi"