Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Perempuan Masa Kini


Dalam kondisi modern saat ini, seharusnya perempuan sudah dapat dianggap setara dengan laki-laki.  Setara dalam makna memiliki hak yang sama atau biasa disebut dengan Emansipasi Perempuan.

Di Negara Indonesia sendiri, memperlihatkan mengenai kedudukan seorang laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, jika kita menguak sejarah menjelaskan bahwa laki-laki diperbolehkan meneruskan pendidikan sedangkan perempuan tidak boleh karena ujung-ujungnya akan mengurusi masalah Dapur,Kasur, Sumur. Sehingga perempuan kurang mendapatkan pendidikan. Lalu muncul lah gerakan emansipasi perempuan yang digagas oleh Raden Ajeng Kartini, dalam hal ini sebenarnya menuntut hak perempuan dalam dunia pendidikan.

Perempuan dapat menjadi role model dalam sosialisasi primer dikeluarga jikalau perempuan tidak mampu memberikan pemahaman mengenai pembelajaran pendidikan, sehingga penting perempuan dalam menempuh pendidikan. Karna, seorang perempuan atau ibu merupakan media edukasi pertama bagi anak-anak. Melalui peran ibu lah, pendidikan dan pembinaan dapat ditanamkan pada anak-anak mereka sejak usia dini.





Kesetaraan gender merupakan langkah baru untuk menata kehidupan masyarakat. Laki-laki dan perempuan yang memiliki karakter dan ciri khas yang berbeda apabila pemikiran mereka disatukan tentunya akan menghasilkan pemikiran baru yang akan lebih ballence (seimbang) sehingga akan menghasilkan keadilan dan keharmonisan antar kedua gender tersebut.

Dimasa kini dengan paradigma kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, bukanlah hal yang tabu di masayarakat apabila perempuan tidak hanya ada dirumah mengurus pekerjaan rumah tangga, akan tetapi perempuan sama halnya dengan laki-laki yaitu juga bekerja.

Tercatat dari tahun ke tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pekerja perempuan mengalami peningkatan. Hal tersebut didasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Februari 2017 TPAK pekerja perempuan mengalami peningkatan sebesar 2,33%  yaitu dari 52,71%  pada Februari 2016 menjadi 55,04% pada bulan yang sama di tahun 2017.

Saat ini banyak perempuan yang berpendidikan dan memainkan peran penting dalam berbagai bidang kehidupan seperti yang di harapkan oleh Kartini. Di Indonesia pun telah ada Kementerian Urusan dan Peranan Wanita, artinya perempuan masa kini telah banyak kita jumpai di berbagai bidang dan sektor khususnya para perempuan-perempuan yang berpendidikan tinggi.




Namun, perjuangan perempuan untuk kesetaraan gender dan emansipasi perempuan belum sepenuhnya selesai. Masih terdapat banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi. Diskriminasi gender, ketimpangan dalam kesempatan pendidikan dan kerja, serta kekerasan terhadap perempuan masih menjadi masalah yang perlu diselesaikan. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, baik laki-laki maupun perempuan, untuk terus mendukung gerakan feminisme dan memperjuangkan hak-hak perempuan.

Dalam masyarakat yang setara, perempuan memiliki kebebasan untuk mengejar
impian mereka, mengembangkan bakat dan kemampuan, serta berkontribusi secara
maksimal dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik.

Dalam kesetaraan gender, perempuan dan laki-laki bekerja bersama untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan harmonis. Mari kita terus memperjuangkan hak-hak perempuan, memerangi segala bentuk diskriminasi gender, dan membangun masyarakat yang inklusif dan setara bagi semua. Bersama-sama, kita dapat mewujudkan perubahan positif yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik bagi semua perempuan di dunia.

Dalam perjuangan feminisme, tidak hanya ada kontribusi dari tokoh-tokoh perjuangan feminisme barat, tetapi juga dari tokoh-tokoh perjuangan feminisme dalam konteks Islam. Keduanya memiliki pandangan dan pendekatan yang berbeda, namun tujuan mereka tetap sama, yaitu memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Mari kita telaah lebih lanjut perspektif tokoh-tokoh perjuangan feminisme barat dan islam.

Dalam konteks feminisme barat, ada beberapa tokoh yang berperan penting
dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Salah satu tokoh yang terkenal adalah
Mary Wollstonecraft. Dalam karyanya yang berjudul "A Vindication of the
Rights of Woman" yang diterbitkan pada tahun 1792, Wollstonecraft
menegaskan bahwa perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki,
termasuk hak atas pendidikan yang setara. Ia mengecam diskriminasi terhadap
perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dan menuntut adanya perubahan dalam
struktur sosial dan politik agar perempuan dapat meraih kesetaraan.




Tokoh feminisme lainnya adalah Simone de Beauvoir, yang terkenal dengan
karya monumentalnya "The Second Sex" yang diterbitkan pada tahun
1949. Beauvoir mengkritik stereotipe gender dan menyoroti pengaruh budaya patriarki
terhadap kedudukan perempuan dalam masyarakat. Ia menekankan pentingnya
perempuan membebaskan diri dari ketergantungan pada laki-laki dan menemukan
identitas serta kebebasan mereka sendiri.

Selain itu, feminisme dalam konteks Islam juga memiliki tokoh-tokoh
perjuangan yang berpengaruh. Amina Wadud, seorang aktivis dan intelektual
Muslim, telah berperan penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender dalam
Islam. Dalam bukunya yang berjudul "Qur'an and Woman: Rereading the Sacred
Text from a Woman's Perspective," Wadud menekankan pentingnya membaca
Al-Qur'an dengan sudut pandang perempuan dan menafsirkannya secara kontekstual
untuk mengungkapkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan dalam Islam.

Sebagai tokoh perjuangan feminisme Islam, Fatima Mernissi juga memberikan
kontribusi yang signifikan. Dalam karyanya yang berjudul "The Veil and the
Male Elite: A Feminist Interpretation of Women's Rights in Islam,"
Mernissi mengkritik penafsiran patriarkal terhadap Islam dan menelusuri
akar-akar budaya yang menyebabkan ketidakadilan terhadap perempuan. Ia
menyatakan bahwa agama Islam sebenarnya memiliki prinsip-prinsip kesetaraan
yang mendorong perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek
kehidupan.

Tokoh perjuangan feminisme barat dan islam sama-sama berjuang untuk
mengubah paradigma masyarakat terhadap perempuan. Meskipun ada perbedaan dalam
pendekatan dan konteksnya, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu
memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Mereka menyoroti
ketidakadilan dan diskriminasi yang masih terjadi dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk dalam pendidikan, pekerjaan, dan peran sosial perempuan.

Dalam konteks feminisme barat, fokus utamanya adalah pada penegasan hak-hak
perempuan secara universal. Mereka menekankan pentingnya menghapuskan struktur
patriarki yang ada dalam masyarakat dan institusi. Sementara itu, feminisme
dalam konteks Islam menempatkan Al-Qur'an sebagai sumber inspirasi utama dan
berusaha memahami pesan-pesan kesetaraan dalam teks suci tersebut. Mereka berjuang
untuk mengatasi penafsiran yang patriarkal dan mendiskusikan kembali pemahaman
tentang peran dan hak perempuan dalam Islam.

Perlu dicatat bahwa tidak semua tokoh feminisme barat atau islam memiliki
pandangan yang seragam. Ada keragaman pandangan dan pendekatan dalam pergerakan
feminisme baik dalam konteks barat maupun Islam. Namun, mereka semua
berkontribusi dalam membangkitkan kesadaran akan perlunya kesetaraan gender dan
perubahan sosial yang lebih adil untuk perempuan.

Dalam kesimpulan, tokoh-tokoh perjuangan feminisme baik dalam konteks barat
maupun Islam memiliki peran penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan
kesetaraan gender. Meskipun pandangan dan pendekatan mereka mungkin berbeda,
tujuan akhirnya tetap sama, yaitu menciptakan dunia di mana perempuan memiliki
hak yang sama dengan laki-laki dan terbebas dari diskriminasi gender. Melalui
upaya bersama, baik dari feminisme barat maupun feminisme Islam, kita dapat
mewujudkan masyarakat yang inklusif, adil, dan setara bagi semua perempuan.

Peran perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan tetap relevan dengan kondisi sekarang. Meskipun telah ada kemajuan dalam hal kesetaraan gender di banyak negara, masih terdapat tantangan dan diskriminasi yang harus dihadapi oleh perempuan di berbagai bidang kehidupan.

Di era modern saat ini, meskipun ada peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, masih terdapat kesenjangan gaji antara perempuan dan laki-laki. Perempuan sering kali mendapatkan bayaran yang lebih rendah meski memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sama dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa ada ketidakadilan sistemik yang perlu diperjuangkan.

Selain itu, perempuan juga masih dihadapkan pada berbagai bentuk kekerasan dan pelecehan, baik di ruang publik maupun di dalam rumah tangga. Kasus-kasus kekerasan seksual, pelecehan verbal, dan pelecehan online terhadap perempuan masih sering terjadi. Inilah mengapa perjuangan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan memerangi kekerasan gender tetap relevan di era sekarang.

Selain masalah-masalah tersebut, perempuan juga sering menghadapi tantangan dalam mencapai posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang penting. Ada ketimpangan jumlah perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan di berbagai bidang, baik itu politik, bisnis, atau sektor publik. Hal ini menunjukkan adanya hambatan struktural dan stereotipe gender yang masih perlu diatasi.

Dalam konteks perkembangan teknologi dan media sosial, ada tantangan baru yang dihadapi oleh perempuan. Perempuan sering menjadi sasaran pelecehan dan penyebaran konten negatif atau pornografi secara daring. Oleh karena itu, perjuangan untuk menciptakan ruang yang aman dan adil bagi perempuan di dunia digital juga menjadi relevan dan penting.

Dalam kaitannya dengan feminisme dalam konteks Islam, ada upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan memberikan pemahaman yang lebih inklusif tentang peran perempuan dalam agama. Terdapat gerakan yang berusaha untuk mengatasi penafsiran yang patriarkal terhadap ajaran Islam dan menyoroti pesan-pesan kesetaraan dalam Al-Qur'an. Dalam konteks sekarang, ini tetap relevan dalam memerangi stereotipe dan diskriminasi yang terkait dengan agama dan budaya.

Kondisi sekarang menunjukkan bahwa perjuangan perempuan untuk kesetaraan gender dan hak-hak perempuan masih belum selesai. Meskipun telah ada kemajuan, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi dan perubahan yang harus dicapai. Perempuan tetap perlu bersatu, mendukung satu sama lain, dan terus berjuang untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan setara bagi semua.


Penulis
Hilma
(Editor Rubrik Opini dan Resensi Buku Pers Marhalah)

Posting Komentar untuk "Peran Perempuan Masa Kini"