Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perspektif Dosen : tentang Kesadaran Berorganisasi, Jurusan Keguruan dan Anggaran Kampus bagi Mahasiswa di STIT Al-Marlahah Al-‘Ulya

 

Ketua STIT Al-Marhalah Al-'Ulya Dr.H.Muhammad Aiz,MH

MPM 8 Juli 2023. Ketua STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya Bapak Dr.H.Muhammad Aiz,MH memberikan tanggapan yang pertama mengenai minimnya kesadaran mahasiswa di dalam ikut berorganisasi “Yang pertama kesadaran itu muncul belakangan. Artinya orang baru sadar dan baru paham bahwa organisasi itu penting nanti setelah mereka dewasa dan setelah mereka terjun ke masyarakat. Sebetulnya pada saat mereka sudah berada pada level perkuliahan mestinya kesadaran itu sudah muncul. Tetapi nampaknya kesadaran itu harus dikasih stimulan-stimulan agar mahasiswa itu tidak kuliah pulang-kuliah pulang (kupu-kupu). Jadi harus dikasih rangsangan untuk mau berorganisasi. Ketika mereka berorganisasi harapannya untuk kepentingan mereka-mereka juga nanti ketika mereka sudah terjun ke masyarakat baik sebagai guru ataupun sebagai profesional. Oleh karena itu, penting sekali berorganisasi.”

Tanggapan yang kedua mengenai minimnya kesadaran mahasiswa berorganisasi dalam perspektif lingkungan kampus yang berada di “Wilayah Urban”. Menanggapi hal itu, KH.Aiz berkomentar “Nggak juga, dalam artian mungkin kita instropeksi diri belakangan ini mungkin. Selama ini mungkin kurang memberikan semacam stimulan-stimulan rangsangan kepada mahasiswa sehingga mereka merasa tidak ada yang salah dengan tidak berorganisasi. Inilah dengan adanya stimulasi seperti acara pemilihan yang dihadiri oleh dosen kemudian ada saran-saran segala macam. Mudah-mudahan rangsangan ini bisa semakin besar pengaruhnya dan pada pemilihan-pemilihan berikutnya  di berbagai macam level apakah itu di UKM, BEM, dan Organisasi Ekstra Kampus bisa lebih ramai lagi dan lebih antusias lagi anak-anaknya.”

Tanggapan yang ketiga mengenai Anggaran Kampus untuk berorganisasi di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya dan Mencari Sponsor di dalam pendanaan berorganisasi. Untuk hal itu, beliau memberikan tanggapan “Yang pertama kampus tetap memfasilitasi sebatas kampus memiliki kemampuan. Karena memang bagaimanapun juga kampus punya kewajiban untuk memberikan fasilitas kepada organisasi mahasiswa maupun UKM-UKM. Namun, walaupun kampus memfasilitasi setiap organisasi juga harus berpikir mandiri. Caranya bisa menghasilkan produk. Kalau di dalam jurnalistik ada produk jurnalisnya yang bisa dijual yang bisa mendatangkan income. Kalau dia organisasi BEM katakanlah dia punya semacam tim kajian tentang sebuah persoalan yang mana mungkin saja itu bisa menjadi second opinion bagi kampus dan segala macamnya. Intinya adalah setiap organisasi khususnya organisasi mahasiswa memang harus berpikir mandiri. Tidak melulu mengandalkan anggaran dari kampus. Walaupun anggaran tetap ada meskipun ngnggak banyak. Boleh saja bagi mahasiswa membuka ataupun mencari sponsor selama tidak melanggar aturan negara”.


Ketua Prodi P.A.I Dr.Ahmad Zamakhsari,MA.Pd


Ketua Kaprodi PAI Bapak Dr.Ahmad Zamkhsari,MA.Pd memberikan tanggapannya yang pertama mengenai kesadaran mahasiswa di dalam ikut berorganisasi dengan memberikan komentar “Yang pertama barang kali ada pepatah bahasa arab Al harakah barakah  artinya bergeraklah maka akan mendapat keberkahan. Diantaranya adalah kita sebagai manusia hendaknya memiliki keaktifan dari aspek apapun. Apalagi sering saya katakan kemarin dalam pembukaan Diklat Marpala itu bahwasanya kita sebagai mahasiswa, khususnya S1 itu tidak akan mengulang kembali masa-masa yang indah ketika S1. Mungkin diantara mereka ada yang sudah mengajar, ada yang sudah melanjutkan S2 bahkan di S2 dan S3 sekalipun itu sudah tidak ada lagi organisasi. Jadi memang hanya fokus untuk mencari titel dan menyelesaikan masa perkuliahan. Maka masa-masa keemasan dan kejayaan ada di S1”.

Beliau menambah tanggapan yaitu “Dan orang-orang yang berorganisasi mendapatkan 3 hal : Pertama pengalaman Kedua kemandirian Ketiga rasa sosialisme itu pasti akan tumbuh di organisasi. Maka sangat rugi sekali bagi mahasiswa yang baru beranjak S1 namun tidak aktif di dalam kampusnya itu sangat sayang. Banyak orang yang rugi kenapa ? karena masa-masa itu tak akan terulang kembali. Maka itu poin yang pertama Al-harakah barakah”.

Tanggapan yang kedua mengenai Profesi Keguruan dan Keberlangsungan Kampus STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya. Mengenai hal itu, beliau menanggapi dengan memberikan 2 poin penting “Yang pertama kalau kampus kita khususnya STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya. Saya yakin sampai 100 % tidak akan mengalami kemunduran sebagaimana kampus-kampus yang sudah ada. Kenapa? pertama kita ada jenjang aliyah, yang kedua familiar kampus kita itu sudah terkenal di mana-mana baik melalui lisan melalui brosur dst. Dulu masa kiyai muhajirin nggak ada penurunan brosur. Jadi pada saat itu. mahad (sekolah) dan kampus kita sudah menarik antusias masyarakat untuk menitipkan anak-anaknya di sekolah sini atau pun ke Majma Al Marhalah Al-‘Ulya. Jadi saya sangat yakin tidak akan gulung tikarlah bahasa kasarnya. Seperti kampus-kampus yang lain.”

“Yang kedua jangan dipandang sebelah mata orang itu menjadi seorang guru. Mungkin orang akan beranggapan guru itu gajinya berapa sih? tapi di zaman sekarang pemerintah membuka sebesar-besarnya anggaran APBN untuk seorang tenaga pendidik. Maka disitu ada namanya tunjangan sertifikasi guru, ada juga yang namanya inpassing guru, bahkan ada yang namaya insentif guru. Itu beberapa penunjang yang bisa memotivasi anak-anak S1 yang lulusan menjadi seorang guru dia tidak merasa down (jatuh). Bahwasanya ke depan itu memang insya allah sejahtera”.


H.Hadi Winarno,M.Pd


Ketua Bidang Kemahasiswaan Bapak H.Hadi Winarno,M.Pd. memberikan tanggapan yang pertama mengenai kesadaran berorganisasi dengan memberikan Tanggapan “Organisasi itu sebetulnya sangat perlu. Hal itu, saya yakin semua orang punya pemikiran begitu. Kenapa ? karena dia sejak lahir jadi bayi itu dia sudah berorganisasi yaitu organisasi keluarga. Besar dia ingin sekolah walaupun dia bisa nggak sekolah tapi dia ingin sekolah baik itu dorongan orang tua atau dorongan diri sendiri. Misalnya ia sekolah karena ingin bermain. Bermain itu pun juga berorganisasi. Beragama itu juga perlu berorganisasi misalnya dalam peribadatan kita diwajibkan untuk berjamaah. Jamaah itu bagian dari organisasi karena ada imam dan makmum. Sejak dari kecil dia sudah berorganisasi di lingkungan tempat tinggalnya maupun di keluarga dan maupun di jamaah tadi. Itu semua harus berorganisasi.

Kenapa sih mahasiswa malas untuk ikut organisai? Beliau menanggapinya dengan 3 poin :

Pertama tuntutan pendidikan kadang-kadang terlalu berlebihan sehingga waktu untuk berorganisasi itu nggak ada bagi dia. Terlalu lelah sehingga ia males dan perlu istirahat.

Kedua dia nggak mau repot berorganisasi yang baru tentunya. Karena misalkan BEM organisasi baru di hidupnya. Kemudian tidak mengenai tahu fungsi organisasi yang akan ia ikuti.

Ketiga  ketidakpercayaan akan organisasi. Harus ditanamkan bahwa organisasi  itu sebagai bekal kemanapun ia lari akan berorganisasi juga. Dia akan  berkeluarga itu organisasi. Ia akan bekerja itu berorganisasi. Nah, seharusnya BEM mewadahi untuk latihan berorganisasi. Bagaimana caranya menawarkan ide-ide. Karena dalam bekerja itu harus punya ide yang harus diberikan kepada masyarakat Atau pada bosnya atau apapun. Saya punya ide itu perlu organisasi dan perlu komunikasi (skill organisasi) tapi di BEM hanya begitu saja jadi nggak menarik. BEM harus bisa menawarkan suatu produk yang bisa dibeli karena tawarannya menarik. Begitu juga dengan Marpala dan Jurnalistik.

Tanggapan yang kedua mengenai anggaran kampus mengenai pendanaan kampus yang bisa saja menemukan titik buntu. Menanggapi hal itu, beliau menyampaikan “Itu tantangannya. Cara berorganisasi perlu dana memang. Tetapi bagaimana menjual organisasi itu supaya mendapatkan dana (Income). Ini loh saya punya organisasi. Kalau kamu menanam saham di sini atau usaha disini, nanti ada loh timbal baliknya. Dan itu sangat berkolerasi dengan kehidupan. Jadi kalau memang mengharapkan kampus. Karena kampus kita masih kecil  dan juga pendanaannya masih kurang. Bagaimana menarik organisasi-organisasi luar sekolah. Bagaimana dia percaya ? toh organisasi yang lain juga banyak. Organisasi insinyur dapet dana dari perusahaan karena ada inovasi-inovasi baru yang bisa dijual”.

Terakhir, Beliau berharap bahwa siapapun yang terpilih menjadi ketua dan wakil ketua BEM periode 2023/2024 dapat menjalankan program kerja sesuai dengan visi dan misinya serta dapat berkolaborasi dengan masyarakat kampus.


Posting Komentar untuk "Perspektif Dosen : tentang Kesadaran Berorganisasi, Jurusan Keguruan dan Anggaran Kampus bagi Mahasiswa di STIT Al-Marlahah Al-‘Ulya"