Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Addary Dalam Ingatan Para Anak
MPM 23 Juni 2023, Kalau berbicara tentang biografi berarti
membahas tentang kisah hidup seseorang. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), biografi adalah
riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain.
Biografi Syaikh Muhammad
Muhajirin Amsar Addary tentu sangat panjang kalau diceritakan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, biografi yang ditulis di sini tentu hanya bagian
kecil dari kisah hidup beliau.
Pada kesempatan Haul Syaikh
Muhammad Muhajirin yang ke-21 kalinya. Pembacaan manakib (biografi)
dibacakan oleh putra bungsu beliau yakni Bapak Dr.H.Muhammad Aiz, MH.
Ada hal yang menarik yang beliau sampaikan bahwa Syaikh Muhajirin tidak
pernah mewajibkan putra-putrinya kuliah di fakultas agama.
Syaikh Muhammad Muhajirin memiliki 9 orang anak terdiri dari 5
putra dan 4 putri. Diantara anaknya ada yang mengambil jurusan bahasa inggris,
geografi, sosial-politk, hukum, bahasa indonesia dan lain sebagainya. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar anak Syaikh Muhajirin berkuliah di fakultas
umum, tidak ada yang berkuliah di
fakultas agama. Meskipun begitu, mereka semua tetap menimba ilmu agama.
Bapak Dr. H.Muhammad Aiz,MH mengungkapkan bahwa “meskipun kami kuliah di fakultas umum, Hal itu tidak membuat kami meninggalkan pengajian untuk menimba ilmu agama”. Beliau juga mengungkapkan bahwa “buah tentu tidak jatuh tidak jauh dari pohonnya”, artinya meskipun anak Syaikh Muhajirin berkuliah di fakultas umum namun masih bisa juga menjadi guru dan pengajar karena memang mereka semua itu punya ilmu agama yg cukup untuk mengajar.
Syaikh Muhammad Muhajirin mewajibkan putra-putrinya mengikuti
pengajian pasaran dan juga mereka semua dahulu biasa mengaji setelah shalat
subuh dan maghrib serta pengajian di bulan suci Ramadhan.
Ilmu Agama itu wajib dipelajari oleh umat islam baik itu pria maupun wanita. Jadi meskipun dia menjadi seorang dokter, tentara dan lain sebagainya. Ia tetap wajib mempelajari ilmu agama sebagai bekal ia di dunia maupun di akhirat nanti.
KH.Dhiya Al-Maqdisi Muhajirin merupakan anak ke-8 Syaikh
KH.Muhammad Muhajirin Amsar Addary
bersama Hj.Hannah.
Momen yang paling berharga
dan membekas bagi beliau bersama Syaikh Muhajirin ialah ketika beliau selalu
dilibatkan untuk menjadi supir pribadi Syaikh Muhajirin selama beberapa tahun
mulai dari kuliah tahun 1992-1997. Momen lainnya ketika Masjid annida belum
dijadikan masjid jami/ belum dijadikan tempat shalat jum’at. Kami berdua
biasanya shalat jum’at di masjid wilayah rawa panjang. Selain itu, pada Ta’lim
Mingguan setiap hari jum’at, saya shalat jum’at bersama beliau di kampung baru
daerah cakung. Masih momen lainnya yaitu ketika saya masih kecil sering kali
diajak beliau ke rumah guru-gurunya seperti ke rumah guru Zayadi dan guru-guru
yang lainnya.
Ada juga Momen
Keilmiahan yaitu wirid Syaikh Muhajirin yang beliau ajarkan kepada KH.Dhiya
Al-Maqdisi Muhajirin ketika beliau bertanya kepada Syaikh Muhajirin tentang
amalan ketika mulai Berkendaraan/Berpergian. Beliau Menjawab “Disamping
Amalan-Amalan Sunnah yang memang sudah jelas dari Rasulullah dan Ada Haditsnya
itu boleh diamalkan (Hadits tentang amalan ketika berpergian). Selain itu,
Dhiya kamu tambahin bacaan-bacaan seperti surah Al-Qadr setelah itu ayat kursi
dan pada bacaan ayat kursi “Wa la Yauduhu Hifzuhuma Wa Huwal Aliyyul Adzhim”
itu diulang 3 kali dan ditutup dengan shalawat Nabi 3 kali.” Itulah
salah satu hadiah Syaikh Muhajirin berupa ilmu dan amalan tersebut masih terus
dilaksanakan KH.Dhiya Al Maqdisi Muhajirin ketika beliau Naik
Becak,Motor,Mobil, Pesawat dan lain sebagainya. Itulah beberapa momen dari
banyaknya momen beliau bersama Syaikh KH. Muhammad Muhajirin.
Ada hal yang menarik yang
disampaikan oleh Syaikh Muhajirin kepada santri-santrinya/murid-muridnya
mengenai Thariqah beliau. “Thariqah kita yang paling utama, kalau lu tanya
Thariqah gua, Thariqah gua adalah Thariqah Ta’lim, Thariqah Ngaji (Ngaji
setelah itu selingannya Ngajar), Kalau lu banyak ngaji, banyak bacaan, banyak
kitab, banyak dalil-dalil, Lu semua insya allah akan menjadi pribadi-pribadi
yang luas, pribadi-pribadi yang moderat, pribadi-pribadi yang gak kaku sehingga
lu bisa hidup, lu bisa berhadapan dengan situasi apapun dan dimanapun dengan
orang-orang atau pihak-pihak yang memang boleh jadi berbeda pendapat.” Ucap
Syaikh Muhajirin kepada para santrinya.
Pesan KH.Dhiya
Al-Maqdisi Muhajirim kepada generasi yang sekarang dan akan datang ialah “Kita
harus selalu merasa bahwa setinggi apapun posisi kita jangan pernah lupa siapa
yang pernah ngajarin kita tentang ilmu apapun, dari mulai yang paling dasar
seperti guru yang mengajarkan huruf hijaiyah, terus naik lagi guru yang
mengajarkan Al-Qur’an dan tafsirnya, jangan pernah dilupakan guru-guru
tersebut. Jadilah Pribadi-Pribadi yang merasa bahwa dirinya itu adalah santri
karena sejatinya kita adalah santri. Dengan merasa diri menjadi santri berarti
kita selalu ingin belajar terus gak ada pernah puas-puasnya walaupun posisi
kita sudah tinggi di mata seseorang”.
Beliau
juga menambahkan “Ada Ungkapan dari Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Hasani
Al-Maliki : Bagi saya, saya melalu merasa santri, senantiasalah kamu menjadi
santri. Karena seperti tadi yang saya bilang bahwa dengan menjadi santri kita
akan belajar terus. Terus ketika berdebat tentang sesuatu tetap posisi kita
merasa menjadi santri yang memang kebetulan Allah kasih faham masalah tertentu.
Kita harus selalu merasa rendah hati, menyampaikan suatu kebenaran dengan apa
adanya tetapi tidak menganggap bahwa kebenaran yang kita sampaikan itu
kebenaran yang mutlak dari hasil pemikiran, kepintaran dan kecerdasan kita,
karena bagaimanapun di situ ada peran guru. Kita gak mungkin bisa baca
Al-Qur’an dengan fasih, kita gak mungkin bisa baca kitab-kitab gundul dengan
fasih kalau bukan karena Ridho dan jasa guru-guru kita. Guru-Guru kita pun
begitu akan selalu merasa menjadi murid/santri karena mereka juga punya guru
lagi. Jadilah pribadi-pribadi yang rendah hati, saling menghormati dan
menghargai perbedaan pendapat tanpa harus merasa pendapat kitalah yang paling
benar, yang lain sudah pasti salah. Hal itu, yang harus dihindari ketika kita
berbeda pendapat.”
Demikianlah
Serpihan/Sedikit biografi tentang Syaikh KH.Muhammad Muhajirin. Mudah-Mudahan
kita bisa mengambil manfaat dan pelajaran dari kisah hidup beliau yang penuh
dengan mengaji dan mengajar serta berbudi pekerti yang luhur.
Posting Komentar untuk " Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Addary Dalam Ingatan Para Anak"