Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Mengangkat Kabut dari Mitos: Sebuah Perjalanan ke Dalam Kebenaran dan Kegelisahan Manusia"


 

Mengangkat Kabut dari Mitos: Sebuah Perjalanan ke Dalam Kebenaran dan Kegelisahan Manusia

"Mitos adalah kenyamanan yang diberikan pada jiwa yang haus akan pencerahan, sementara filsafat adalah upaya meretas jalan menuju kebenaran sejati."




Mitos: Kenyamanan dalam Keabadian

Mitos, sebuah perwujudan imaji yang membentuk masa lalu, mengalir seperti sungai melalui generasi-generasi. Dalam bahasa Yunani, μῦθος atau mytos, mitos adalah cerita yang dianggap sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi oleh penciptanya atau penganutnya. Mitos tumbuh subur di dalam masyarakat berkembang, mendapatkan kekuatan dari dalil-dalil agama, ajaran pemuka agama, dan figur-figur masyarakat terkemuka. Bagai kebenaran yang hampir absolut, mitos terkadang menantang logika, bahkan melampaui batas-batasnya. Namun, dalam pencerahan yang mendalam, kita menemukan filsafat berdiri di antitesis mitos. Filsafat adalah perjalanan mencari hakikat, tanpa mempertimbangkan sesuatu sebagai keberadaan mutlak, menerobos misteri yang menyelimuti proses keberadaan.

Seorang pendukung mitos berkata: "Mitos adalah inti kebenaran yang tak tergoyahkan. Mereka adalah pilar masyarakat yang memberikan kita identitas dan arah."

Sebaliknya, seorang pemikir kontra menanggapi: "Mitos mungkin memberikan kenyamanan, tetapi kebenaran yang sesungguhnya terletak dalam pemahaman yang mendalam, bukan dalam narasi yang diterima begitu saja."



Ketika Mitos Bertentangan dengan Filsafat

Kisah-kisah mitos memberikan ketenangan bagi jiwa yang merindukan kedamaian. Manusia menciptakan mitos untuk menjembatani jurang antara keinginan dan realitas, meresapi kenyamanan dari imaji-imaji yang diciptakan. Di sinilah mitos memiliki peran penting. Namun, pada sisi lain, filsafat menantang status quo. Sejak zaman Socrates hingga Karl Marx, dan dari Rumi hingga Ghazali, para pemikir filsafat terus merayapi gelapnya kegelisahan untuk menerangi jalan perubahan dalam peradaban. Mereka tidak puas dengan apa yang diberikan oleh mitos-mitos yang telah ada.

Sebuah kutipan dari filsuf terkenal berbunyi: "Filsafat adalah api yang membakar ketidakpuasan, mendorong kita untuk tidak puas dengan jawaban-jawaban yang mudah diterima."

Namun, seorang penganut mitos menanggapi: "Mitos adalah bantuan jiwa. Mereka memberikan harapan dan keyakinan dalam keadaan sulit, sementara filsafat hanya menciptakan keraguan belaka."


Dilema Antara Kebutuhan dan Kebenaran

Mengapa manusia sering kali lebih tertarik pada mitos daripada filsafat yang melibatkan usaha dan refleksi mendalam? Pertanyaan ini seperti mencari mata air di tengah padang pasir intelektual. Masyarakat sering kali berpaling ke figur-figur otoritatif yang mengemban pesan-pesan kenyamanan. Guru-guru dengan naik mobil ber-AC dan pakaian yang mencerminkan otoritas, memberikan wejangan yang sederhana namun menggoda: "Bacalah ini tiga kali sehari seperti obat atau datanglah kepada guru ini." Sayangnya, tidak selalu mitos ini membawa hasil, dan ironisnya, seringkali kita menyaksikan mitos-mitos ini hanyalah kostum yang terlalu besar untuk dikenakan oleh murid-muridnya.

Dalam hal ini, kita diingatkan bahwa baik mitos maupun filsafat memiliki keterbatasan. Tetapi, batasan ini memiliki dimensi berbeda dalam nilai dan pengaruhnya. Keterbatasan mitos terletak pada dualitas percaya atau tidak percaya, sementara filsafat melahirkan dialektika yang menggerakkan pikiran dari teori ke tesis, antitesis, dan sintesis.

Seorang pendukung filsafat mengatakan: "Filsafat membebaskan kita dari penjara kepastian dan mengajak kita untuk menjelajahi lautan ketidakpastian dengan kapal pikiran kita."

Sebaliknya, seorang penganut mitos menanggapi: "Mitos memberikan fondasi yang kokoh untuk menjaga kestabilan masyarakat, sementara filsafat hanya menghasilkan perdebatan tak berujung."


Mitos di Tengah Perubahan Peradaban

Apakah negara-negara maju pun bebas dari bayang-bayang mitos? Pertanyaan ini mengajak kita merenung pada kedalaman makna dan peran mitos dalam berbagai peradaban. Meskipun mungkin dalam bentuk yang berbeda, mitos tetap hadir dalam lapisan-lapisan masyarakat, baik yang maju maupun yang berkembang.

Sebagai pengakuan seorang pendukung mitos: "Mitos adalah jendela ke masa lalu, menghubungkan kita dengan akar budaya dan sejarah kita yang terlupakan."

Namun, seorang pemikir kontra menegaskan: "Meskipun mitos memiliki nilai historis, kita tidak boleh membiarkan imaji masa lalu menghalangi visi masa depan kita."




Mengakhiri Pergulatan: Merayakan Kebenaran dalam Banyak Wajah

Dalam perenungan ini, kita mengamati dua dunia yang berdampingan namun terpisah: dunia mitos yang memberikan ketenangan dan dunia filsafat yang mengilhami perubahan. Keduanya memiliki tempat dan peran masing-masing dalam kompleksitas kehidupan manusia. Mitos memberikan pegangan pada jiwa yang haus akan kenyamanan, sementara filsafat mengajak kita untuk berlayar di lautan tak terbatas pemikiran.

Sementara seorang tokoh terkenal menyimpulkan: "Mitos dan filsafat, bagai dua sisi mata uang. Keduanya berkontribusi pada kekayaan intelektual manusia, meskipun dengan cara yang berbeda."

Jadi, mari kita rayakan mitos bagi mereka yang menemukan kekuatan dalam narasi, dan mari kita sambut filsafat bagi mereka yang merasa gelisah dan ingin merubah dunia. Keduanya, meskipun berbeda, adalah cermin dari keragaman manusia dalam pencarian kebenaran. Sehingga, dengan pikiran yang terang dan hati yang penuh dengan semangat, kita berjalan maju dalam arus waktu, menjalani perjalanan pencerahan yang tak berujung.


Bekasi, 2023
Penulis
Gorby Saputra
Nabil M.Ag
H. Hadi Winarno
(sisi lain diskusi di ruang tunggu narasumber Propesa)

Posting Komentar untuk ""Mengangkat Kabut dari Mitos: Sebuah Perjalanan ke Dalam Kebenaran dan Kegelisahan Manusia""