Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Menjalin Tradisi Berbasis Kitab Kuning: Eksklusivitas Kurikulum di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya"


Oleh Saidul Hirlani, Jurnalis Kampus STIT Al-Marhalah

MPM, 28 Agustus 2023

Memeluk Kearifan Lama dalam Kurikulum Baru

Dalam Sorotan Pendidikan Tinggi: Tradisi Berbasis Kitab Kuning di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya

Pendidikan tinggi saat ini terus mengalami perubahan dan transformasi yang pesat. Namun, di tengah arus modernisasi yang bergelombang, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Marhalah Al-‘Ulya menunjukkan tekad yang kokoh untuk memelihara akar budaya dan tradisi yang telah membentuk identitasnya selama bertahun-tahun. Salah satu ciri khas yang mendefinisikan lembaga ini adalah kurikulum berbasis kitab kuning. Keputusan berani ini tentu mengundang pertanyaan: Mengapa institusi ini memilih untuk tetap setia pada metode pembelajaran yang mungkin dianggap kuno di era pendidikan yang modern?

Saat melangkah di koridor-koridor STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya, langkah kita menjadi saksi bisu dari sebuah kekayaan intelektual yang menerobos ruang dan waktu. Kurikulum berbasis kitab kuning yang diadopsi oleh lembaga ini bukanlah semata mata pelajaran, tetapi warisan kearifan yang telah melintasi generasi dan mencerminkan dedikasi terhadap ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agung. Di balik keputusan untuk memelihara tradisi ini tersembunyi cerita epik yang dimulai dari pemikiran Syeikhuna Muhammad Muhadjirin (semoga Allah merahmatinya).

Kisah ini dimulai di tanah suci Makkah dan Madinah, tempat Syeikhuna Muhammad Muhadjirin mengecap pendidikan dan pemahaman mendalam tentang Islam. Saat mencuri ilmu dari sumbernya yang paling murni, beliau tidak hanya memahami teks-teks suci, tetapi juga merasakan getaran spiritual yang terekam dalam setiap ayat. Inspirasi dari tempat-tempat suci ini tidak hanya membentuk pandangannya tentang agama, tetapi juga memberikan pijakan kokoh untuk pendirian STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya.

Pilihan untuk tetap memelihara kurikulum berbasis kitab kuning adalah tanda penghormatan terhadap masa lalu dan visi masa depan yang inklusif. Ini adalah contoh nyata bahwa modernisasi tidak selalu harus menggusur tradisi, tetapi bisa juga menjadi jembatan antara kebijakan masa lalu dan tuntutan masa kini. Kurikulum ini mungkin tampak seperti jendela menuju masa lalu, tetapi melalui jendela tersebut terlihat pemandangan masa depan yang penuh harapan.

Kurikulum yang diilhami oleh pemikiran Syeikhuna Muhammad Muhadjirin menghadirkan harmoni antara konsep yang telah diperoleh dari kitab kuning dan tantangan dunia modern. Ini adalah penegasan bahwa kearifan lama tidak akan pernah usang jika mampu diaplikasikan secara bijak dalam konteks yang relevan. Pengajaran tentang etika, moralitas, dan pemahaman mendalam tentang agama, yang merupakan inti dari kitab kuning, menjadi landasan bagi mahasiswa untuk menghadapi dinamika global yang terus berkembang.

Di era informasi yang menerangi dunia saat ini, keputusan STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya untuk mempertahankan kurikulum berbasis kitab kuning seolah berbicara dalam bahasa yang lebih dalam dan universal. Ini adalah ungkapan dari keyakinan bahwa untuk memahami dan membentuk masa depan, kita harus memahami akar-akar sejarah dan kebijakan yang telah membentuk kita. Lebih dari sekadar kurikulum, ini adalah pernyataan identitas dan visi kampus yang melewati batas-batas waktu.

Dalam klimat yang terus berubah, STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya memainkan peran penting dalam memelihara kearifan lama sebagai dasar yang tak tergoyahkan, sambil membuka pintu untuk perkembangan yang berkelanjutan. Kurikulum berbasis kitab kuning yang mereka peluk dengan erat adalah pengingat bahwa pondasi yang kuat adalah kunci untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Dengan tetap memelihara nilai-nilai luhur, institusi ini menginspirasi kita semua untuk menjaga akar-akar kita dan menggunakannya sebagai landasan untuk melangkah maju.

Wawasan dari Makkah dan Madinah: Akar Pembentukan Kurikulum

Warisan Ilmu dari Tanah Suci: Akar Kearifan Kurikulum STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya

Takdir sering kali merentang jalan yang unik bagi individu untuk menggapai pencerahan dan memahami inti kehidupan. Pendiri STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya, Syeikhuna Muhammad Muhadjirin, memasuki perjalanan ilmiah yang akan membentuk tidak hanya dirinya, tetapi juga esensi pendidikan di institusi yang sekarang menjadi lambang tradisi dan wawasan.

Perjalanan pendidikan beliau dimulai dengan langkah pertama di tanah suci Makkah, tempat di mana kebijakan ilahi dan kearifan manusia menyatu harmonis. Di sini, dalam cahaya Ka'bah yang memancarkan keagungan, beliau tidak hanya memasuki portal fisik, tetapi juga gerbang spiritual. Setiap langkah yang diambilnya di tanah ini membawa beliau lebih dalam ke dalam dimensi agama yang lebih dalam dan bermakna.

Melintasi jalan yang telah dilalui oleh generasi-generasi sebelumnya, beliau akhirnya mencapai Madinah, kota yang diringi oleh cinta dan kehadiran Rasulullah. Di tengah jajaran palma yang teduh, beliau merenungi hadits-hadits yang menggema melintasi waktu. Dalam cahaya masjid Nabawi, beliau tidak hanya menyaksikan warisan sejarah, tetapi juga menyerap semangat dan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam.

Kedua kota suci ini bukan hanya tempat beliau menuntut ilmu, tetapi juga sekolah rohaniah yang tak ternilai harganya. Dari setiap literatur yang beliau telusuri hingga doa-doa yang beliau panjatkan, Syeikhuna Muhammad Muhadjirin mengambil setiap tetes hikmah dari mata air ilahi yang mengalir deras di sana. Akumulasi pengalaman ini tidak hanya membentuk pandangannya tentang Islam, tetapi juga memahami pentingnya mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman ke dalam pendidikan.

Inspirasi yang beliau kumpulkan selama tahun-tahun di Makkah dan Madinah membentuk dasar dari kurikulum yang unik di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya. Pengalaman mendalamnya tentang Islam, yang tumbuh dari pemahaman mendalam tentang kitab-kitab suci dan hadits, tercermin dalam setiap rincian mata kuliah yang diajarkan di institusi ini. Kurikulum ini bukanlah hasil dari satu malam, melainkan refleksi dari pemikiran mendalam dan dedikasi tak henti-hentinya dalam memperdalam agama.

Sekali hanyut dalam gerbang ilmu, Syeikhuna Muhammad Muhadjirin menerjemahkan wawasannya ke dalam kurikulum yang sekarang diwarisi oleh generasi mahasiswa STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya. Masing-masing mata kuliah tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menawarkan pengalaman pribadi yang tak ternilai. Seperti jejak-jejaknya di pasir Makkah dan keheningan Madinah, setiap bab dari kurikulum ini memancarkan semangat warisan yang mengalir dari para ulama terdahulu.

Kurikulum yang awalnya hanya merupakan rumusan pribadi, kini telah menjadi pewaris dari warisan intelektualitas Islam yang bermakna. Di setiap sudutnya, terkandung dedikasi dan pengorbanan yang telah diberikan oleh Syeikhuna Muhammad Muhadjirin dan para pengajar setelahnya. Kurikulum ini adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, menghubungkan generasi dengan kebijakan agung dan hikmah yang diperoleh dari tanah suci.

Dalam sudut ruang belajar, dalam cahaya yang menerangi setiap halaman buku, terdapat jejak perjalanan spiritual dan ilmiah yang telah memengaruhi dan membentuk kebijakan pendidikan STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya. Dengan memeluk warisan ilmu dari tanah suci, institusi ini menghidupkan kembali semangat mendalam yang takkan pernah surut. Ini adalah cerita tentang bagaimana seorang tokoh menerangi jalan bagi ribuan mahasiswa yang akan mengikuti jejak langkahnya dan meneruskan tradisi kearifan.

Propesa Tahun Ini: Kontinuitas dengan Sentuhan Baru

Menyemarakkan Tradisi Melalui Inovasi: Propesa Tahun Ini di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya

Seperti lapisan-lapisan masa yang terus berkembang, begitu pula pengalaman yang dihasilkan dari setiap tahun yang dilewati. Di antara cobaan dan kebahagiaan, pelajaran berharga ditemukan dan disimpan dalam kenangan. Di lingkungan akademik STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya, begitu banyak pelajaran yang dipetik dari perjalanan panjang. Tak terkecuali acara tahunan yang ditunggu-tunggu oleh semua, Perpisahan dan Pengenalan Mahasiswa Baru (Propesa).

Propesa telah menjadi ciri khas dari kehidupan kampus ini. Ia bukan hanya rangkaian acara, tetapi juga jendela bagi mahasiswa dan dosen untuk menyaksikan dan merasakan semangat kebersamaan dan pencapaian akademik yang luar biasa. Namun, di tengah arus perubahan dan evolusi, penting untuk tetap menyegarkan cara kita melihat dan merayakan momen ini. Inilah inti dari konsep "kontinuitas dengan sentuhan baru" yang diusung oleh STIT Al-Marhalah dalam Propesa tahun ini.

Meskipun substansi Propesa tetap mengusung inti semangat dan tujuan awalnya, lembaga ini memutuskan untuk memperkaya pengalaman melalui pendekatan penyajian yang lebih menarik dan energik. Ini adalah pernyataan bahwa tradisi yang berakar dalam waktu dapat diperbarui dan diberi nafas baru tanpa mengorbankan nilai-nilai yang dihormati. Di sinilah seni inovasi memainkan peran krusial.

Pada dasarnya, Propesa adalah momen penuh cinta di mana para mahasiswa dan dosen bersatu dalam apresiasi akan perjalanan akademik. Bagi para mahasiswa baru, ia adalah pintu gerbang ke dunia baru yang penuh dengan peluang dan tantangan. Sedangkan bagi para mahasiswa yang akan menamatkan perjalanan mereka, itu adalah saat untuk merenung tentang prestasi yang telah dicapai dan jembatan untuk melangkah ke fase berikutnya.

Tahun ini, Propesa mengambil langkah maju dengan konsep yang lebih segar dan interaktif. Acara ini tidak hanya menjadi panggung di mana mahasiswa duduk dan mendengarkan pidato, tetapi juga menjadi panggung yang membangkitkan semangat dan mengajak partisipasi aktif. Diskusi panel dengan alumni sukses dan ceramah inspiratif dari para pemikir terkemuka di bidang pendidikan adalah bagian dari penyegaran ini.

Kegembiraan ditingkatkan melalui elemen-elemen kreatif seperti pameran karya seni mahasiswa, pertunjukan musik, dan presentasi multimedia yang memukau. Ini bukan hanya memanfaatkan semangat kreatif mahasiswa, tetapi juga menciptakan pengalaman multisensori yang mendalam. Pada akhirnya, tujuan dari perubahan ini adalah untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa tidak hanya mendengar tentang prestasi, tetapi juga merasakannya dengan hati yang terbuka.

Perubahan ini tidak hanya tentang penyajian acara, tetapi juga tentang mengakui bahwa mahasiswa adalah bagian penting dari proses ini. Mereka adalah pilar dan pewaris nilai-nilai institusi ini. Dengan memberi mereka peran yang lebih aktif dalam Propesa, STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam penciptaan kenangan yang akan membekas sepanjang hidup mereka.

Semua perubahan ini terjadi dalam kerangka nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh STIT Al-Marhalah. Inovasi tidak harus mengorbankan integritas atau esensi sebuah acara. Bahkan, inovasi seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat dan memancarkan nilai-nilai ini dengan cara yang lebih efektif. Dan itulah yang telah berhasil dicapai dalam Propesa tahun ini.

Pada akhirnya, Propesa tahun ini di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya adalah bukti bahwa perubahan bukanlah ancaman bagi tradisi, tetapi peluang untuk memperkaya dan memperbarui warisan. Dengan kontinuitas yang diseliputi oleh sentuhan baru, lembaga ini mengambil langkah maju menuju masa depan dengan visi yang lebih cerah dan semangat yang semakin kuat.





Memupuk Solidaritas Lintas Generasi

Menciptakan Harmoni: Kolaborasi Positif Antara Senior dan Junior di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya

Di dalam alur kehidupan kampus, relasi antara senior dan junior telah menjadi semacam sungai yang mengalir dalam bingkai waktu. Fenomena ini, yang dikenal sebagai senioritas, menghasilkan dinamika yang khas dalam setiap institusi. Bagaimana perspektif yang ditemukan dalam hubungan ini, terutama di era kampus yang semakin inklusif dan beragam, menjadi titik sentral dalam membentuk lingkungan yang harmonis dan produktif.

Sebagai pusat ilmu dan inspirasi, STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya menangkap inti dari esensi relasi antara senior dan junior. Dalam suara yang penuh keyakinan. 

Ketua STIT, Dr. H. Muhammad Aiz, MH, menjelaskan bahwa "senioritas bukanlah tentang pemisahan, tetapi tentang bagaimana kami saling memperkaya dan mendukung dalam perjalanan akademik dan pribadi kita. Kami berkomitmen untuk menghubungkan hubungan yang harmonis antara kedua kelompok melalui kegiatan yang menghasilkan dampak positif."

Dalam komunitas kampus yang luas, kerap terjadi kesenjangan antara senior dan junior. Namun, STIT Al-Marhalah telah memutuskan untuk menghadapinya dengan tekad untuk merajut tali persaudaraan. Gagasan bahwa senior dan junior adalah entitas yang terpisah perlahan-lahan dipudarkan, digantikan oleh pandangan yang lebih inklusif: bahwa mereka adalah bagian dari keluarga besar yang saling mendukung dan menginspirasi.

Semangat ini tercermin dalam berbagai cara. Seiring dengan semakin beragamnya mahasiswa dalam hal semester dan tingkat pendidikan, STIT Al-Marhalah memastikan bahwa perbedaan ini tidak menjauhkan, tetapi justru mendekatkan mereka. Dalam konteks pembelajaran dan pengembangan diri, perbedaan tersebut menjadi potensi untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang berharga.

Dalam karya-karya mahasiswa senior, tergambar pengalaman dan wawasan yang telah terakumulasi. Sementara itu, mahasiswa junior menyegarkan pandangan dengan kerangka pemikiran yang lebih baru dan terinspirasi. Kolaborasi di dalam dan di luar kelas menjadi penting, dengan pemberian peran kepada mahasiswa dari semua tingkatan. Workshop yang melibatkan kedua kelompok, proyek kolaboratif lintas generasi, dan seminar yang dikelola bersama adalah contoh dari upaya institusi ini untuk mengatasi jurang yang mungkin muncul.

Pendekatan ini tidak hanya berdampak pada pembelajaran akademik, tetapi juga mengilhami perkembangan pribadi. Mahasiswa junior dapat mencari bimbingan dan nasihat dari senior yang telah mengalami fase yang sama sebelumnya. Sedangkan senior merasakan semangat dan antusiasme yang dipersembahkan oleh generasi muda, menghidupkan kembali semangat awal mereka di kampus.

Upaya untuk memupuk solidaritas lintas generasi juga terlihat dalam partisipasi bersama dalam proyek-proyek sosial dan komunitas. Kolaborasi ini membangun kerangka kerja yang memastikan bahwa tujuan yang lebih besar tidak pernah tertutup oleh perbedaan individu. Mereka mengerahkan semangat kolektif mereka dalam menjawab tantangan sosial yang nyata dan memberikan dampak positif yang merasuk dalam jangka panjang.

Inisiatif seperti mentoring antara senior dan junior, seminar diskusi, dan program perkenalan di awal tahun adalah langkah-langkah praktis yang dilakukan oleh STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya untuk memperkuat dan memperdalam kolaborasi ini. Pada akhirnya, tujuannya adalah untuk menciptakan ruang di mana tidak ada ruang bagi perpecahan, tetapi hanya ada potensi untuk pertumbuhan, pemahaman, dan kemajuan bersama.

Dalam jantung dari semua upaya ini adalah kepercayaan bahwa keberagaman generasi adalah kekayaan yang tak ternilai. Ini adalah perjalanan yang saling melengkapi dan mendukung, di mana setiap langkah mengisi halaman buku dengan pelajaran dan kenangan yang akan dikenang oleh generasi mendatang. Dengan menggenggam tangan dengan semangat kolektif, STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya telah membuka jalan untuk persaudaraan lintas generasi yang kuat dan harmonis.



Menanam Benih Keberanian Berorganisasi

Mahasiswa: Pelaku Utama dalam Transformasi Kampus

Dalam jantung setiap kampus, terdapat kekuatan yang mampu mengubah paradigma dan menciptakan perubahan positif: mahasiswa. STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya, di bawah panduan tangan bijak 

Dr. H. Muhammad Aiz, MH, telah mengenali dan memeluk potensi besar ini. Dengan penuh semangat dan harapan, beliau mengajak seluruh mahasiswa, dari yang baru bergabung hingga yang telah lama berada di sini, untuk berperan aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sesuai minat mereka.

Panggilan ini adalah panggilan untuk menanam benih keberanian berorganisasi di dalam diri mahasiswa. UKM bukan hanya sekadar kelompok kecil yang berkumpul, tetapi adalah ladang kreativitas dan peluang bagi mahasiswa untuk berkembang, berkontribusi, dan mengejar minat mereka. Ini adalah panggung tempat mereka bisa menunjukkan bakat mereka, merajut persaudaraan, dan menciptakan dampak positif.

Ketika Dr. H. Muhammad Aiz menyoroti pentingnya UKM, ia bukan hanya memandangnya sebagai aktivitas tambahan, tetapi sebagai inti dari pengembangan diri. Setiap organisasi mahasiswa adalah wadah yang memungkinkan mahasiswa melampaui batas kelas dan membawa pembelajaran ke tingkat baru. Dalam perhimpunan seperti ini, mahasiswa dapat membangun keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan kolaborasi yang tak ternilai.

Apakah itu klub sastra, paduan suara, debat, atau lingkungan sosial, mahasiswa di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya diundang untuk menggali minat mereka dan merasa bebas untuk berkontribusi. Tetapi panggilan ini juga mencakup sesuatu yang lebih dari sekadar bergabung dengan UKM yang sudah ada. Beliau menantang mereka untuk merangkul keberanian dan membentuk UKM baru jika mereka memiliki ide atau aspirasi yang belum terwujud.

Membentuk UKM baru adalah sebuah perjalanan yang menuntut keberanian dan dedikasi. Ini adalah peluang untuk membawa gagasan baru ke meja, untuk membangun komunitas yang sejalan dengan visi dan nilai-nilai pribadi. Dalam kampus yang menciptakan ruang bagi inovasi dan kolaborasi, UKM baru adalah pintu gerbang menuju pengalaman yang tidak hanya mengubah diri sendiri, tetapi juga membentuk kampus secara keseluruhan.

Dalam panggilan untuk berorganisasi, terlihat tekad untuk menciptakan budaya kampus yang beragam dan inklusif. Ini adalah panggilan untuk mengatasi batas-batas yang mungkin ada antara senior dan junior, dan merangkul kolaborasi lintas generasi. Dalam UKM, tidak hanya mahasiswa senior yang berperan sebagai pembimbing, tetapi junior juga dapat berkontribusi dengan ide segar yang menghidupkan suasana.

Tidak ada batasan dalam jenis UKM yang bisa dibentuk. Apakah itu kelompok studi, klub olahraga, atau komunitas sosial, setiap inisiatif membawa keunikan dan memberikan ruang bagi pengembangan pribadi. Mahasiswa di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya diajak untuk mengenali kekuatan mereka dalam membentuk kampus, memberi suara pada aspirasi, dan menjalankan inisiatif yang relevan dengan zaman.

Dalam panggilan ini, terbaca komitmen STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya untuk mengubah kampus menjadi lingkungan tempat mahasiswa tidak hanya belajar, tetapi juga bertumbuh. Dengan mengapresiasi peran mahasiswa sebagai agen perubahan, institusi ini melangkah maju dalam menghadapi masa depan yang cerah.

Seiring dengan terus berkembangnya dunia pendidikan, STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya terus menunjukkan bahwa tradisi yang baik tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan mempertahankan kurikulum berbasis kitab kuning, institusi ini bukan hanya mempertahankan pembelajaran, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan dan pemahaman mendalam tentang agama. Dalam menghormati akar-akar tradisi, STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya mengambil langkah progresif yang mempersiapkan mahasiswanya untuk masa depan yang cerah dan berlandaskan pada nilai-nilai yang menghormati warisan.

Posting Komentar untuk ""Menjalin Tradisi Berbasis Kitab Kuning: Eksklusivitas Kurikulum di STIT Al-Marhalah Al-‘Ulya""