Dr.H. Fachrudin, M.Ag. : Upaya Memadamkan Sikap Perundungan atau Bulliying
Dr.H. Fachrudin, M.Ag. : Dosen STIT Al-Marhalah Al-'Ulya |
PMU, 13 Oktober 2023
Kasus Perundungan atau Bulliying menjadi viral akhir-akhir ini dikalangan para pelajar di sekolah. Oleh karena itu hal ini harus menjadi perhatian luar biasa bagi para pelajar sendiri atau pun bagi orang tua, masyarakat serta negara untuk memadamkan sikap perundungan ini. Pada kesempatan ini, kami UKM Pers Marhalah Ulya mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara dengan Dr.H. Fachrudin, M.Ag. terkait kasus perundungan sebagai berikut.
Jadi secara garis besar manusia itu dipengaruhi oleh 2 aspek : aspek internal dan aspek eksternal. Aspek yang pertama yaitu internal itu aspek yang lahir dari pribadi manusia itu sendiri dan yang mempengaruhi Aspek internal ini adalah bagaimana hubungan anak ini dengan orang tuanya dan bagaimana orang tua merespon hubungan dengan anaknya. Maka dari itu ada upaya-upaya dari orang tua untuk bisa menjadikan anaknya ini menjadi anak yang sholeh, maka diselenggarakan ini namanya pendidikan untuk anaknya dan pendidikan itulah yang nanti akan menjadi modal bagi si anak untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik.
Aspek yang kedua adalah Aspek Eksternal yaitu aspek yang ada di luar pendidikan. Yang Pertama, sekarang itu mayoritas anak-anak kecil itu sudah menggunakan media. Media inilah yang kemudian sangat mudah untuk dijadikan sebagai sesuatu yang ditiru bukan perilaku orang tuanya yang sholeh, bukan perilaku gurunya yang baik-baik malah justru mereka lebih melihat bagaimana fenomena yang mereka alami selama bergaul dengan media sosial, nah itu sangat mempengaruhi. Yang kedua adalah dengan siapa dia berkawan, artinya jika dia berkawanan dengan anak-anak yang baik maka relatif dia juga akan kebawa baik dan jika dengan anak-anak yang jelek (perilakunya) maka otomatis kalau dia belum memiliki ketahanan mental, dia akan terpengaruh kejelekan dari lingkungannya sendiri.
Secara pandangan agama perundungan itu sendiri seperti apa pak kiyai?
Jelas disalahkan, agama itukan menuntun manusia untuk menjadi orang yang sholeh, orang yang baik. Kalau orang baik jadi syarat keselamatan orang tersebut karena kesholehannya. Makanya kenapa dalam agama itu ada perintah puasa berarti ada pengendalian nafsu, kenapa ada perintah sholat sebagai penutup keyakinan bahwa kita ini adalah hamba yang bertuhan, kalau dengan sholat saja kita mensungkurkan jidat kita ke bawah sebagai bentuk kerendahan hati di hadapan allah dan sadar bahwa apa yang menjadi amal-amalan kita itu pasti akan di hisab.Jadi agama tentu sangat mencela tentang fenomena yang sekarang ini, istilahnya membully atau melakukan satu tindakan perundungan kepada orang lain.
Selain itu beliau juga menambahkan “Dalam hal itu, Sayangnya media itu kemudian menyebarkan video-video yang menggambarkan tentang perundungan yang terjadi diantara anak-anak, sehingga anak-anak kan tidak bisa menyaring, mana yang harus dituduh mana yang tidak, maka terjadilah hal seperti itu.
Apakah ada rekomendasi kitab akhlak pak kyai, untuk para pelajar yang mungkin ingin mempelajari tentang memperbaiki diri untuk menghindari perundungan?
Kalau di madrasah-madrasah agama itu ada kitab akhlak lil-banin dan ada akhlak lil-banat. Akhlak lil-banin ada jilid 1,2 dan 3, dan akhlak lil-banat untuk perempuan-perempuan itu juga ada jilid 1,2, dan 3. Itulah beberapa rujukan kitab yang bisa dijadikan pedoman dalam belajar mengenai akhlak. Sebetulnya Al-quran juga banyak dalam ayat-ayatnya, namanya ayat-ayat pendidikan disebutnya, kan dulu ada istilah tafsir tarbawi yaitu tafsir tentang pendidikan itu juga penting. Jadi pendidikan bukan hanya pendidikan formal tapi juga lebih kepada bagaimana kita berperilaku dalam keseharian kita, hubungan kita dengan yang lebih tua itu harus menghormati, hubungan kita dengan yang lebih muda bukan menyakiti tapi kita mengayomi dan menyayangi, hubungan kita kepada sesama kita harus saling menghargai. Karna step-step itu dilakukan oleh orang-orang tua kita, guru-guru kita. Jadi islam itu mendidik anak bukan hanya setelah dia lahir, sebelum ia lahir dari perut ibunya itu ada proses pendidikan.
Pendidikan sebelum ibu itu melahirkan, maksudnya seperti apa pak kiyai?
Jadi gini, apa yang menjadi makanan ibu, maka menjadi makanan anak-anaknya, apa yang diminum ibu menjadi asupan gizi bagi anaknya, ketika ibu mengkonsumsi yang halal maka itu akan menjadi kesehatan mental dan spiritual bagi anak yang dikandungnya, itu sangat berefek. Lalu ibu melakukan tindakan sholat tahajud otomatis dia juga ikut sholat, ibu membaca quran otomatis gelombang bacaan quran itu akan berpengaruh kepada janin yang dikandungnya itulah tarbiyatul awlad qoblal wiladah (Pendidikan anak sebelum melahirkan).
Adakah saran dan harapan dari pak kyai untuk para pelajar yang masih melakukan perundungan tersebut?
Jadi, jika saya lihat kasusnya ini berjenjang dari tingkat SD, SMP, ataupun SLTA ini dilakukan, adapun mahasiswa saya tidak tahu, intinya perundungan itu yang paling mengkhawatirkan ini adalah anak-anak yang masih muda belia seperti SD, SMP, atau tingkat SLTA terjadi perundungan. Ini kalau saya merekomendasikan, semua unsur harus terlibat, unsur internalnya adalah kedua orang tua harus betul-betul mengawasi bagaimana tingkah laku anaknya karna orang tua kan punya rasa dimana anak terlihat agak berubah, perkataannya sudah mulai kasar, dan lain-lain.Maka ada upaya internal orang tua harus terlibat.
Selain itu beliau juga menambahkan “semua elemen harus terlibat sekolahpun juga harus terlibat, di luar sekolah semisal lingkungan, kebijakan, foul (pelanggaran/hukuman) itu sebuah kebijakan negara tentang masalah perlindungan anak. Maka saya katakan tidak cukup hanya satu unsur tetapi semua dilibatkan dan itulah relasi-relasi yang saya sebutkan tadi itu harus hadir di dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh anak-anak kita di zaman sekarang, dan itu penting sekali.”
Jadi mereka para pelajar di samping belajar umum mereka juga harus diajarkan tentang dasar-dasar agama karna itulah salah satu diantara alternatif yang bisa kita pecahkan dalam menangani persoalan ini. Ya tentunya bukan hanya sekolah-sekolah madrasah yang jadi patokan. Sekolah yang bukan madrasah pun bisa dijadikan sebagai solutif, asal peran masyarakat sekolah ini juga betul-betul jalan perannya dari mulai kepala sekolahnya, wakil-wakilnya, guru-gurunya, kemudian ada BP, ada wali kelasnya semua bergerak karna mereka rata-rata belajar hanya mungkin lebih banyak dipengaruhi faktor eksternalnya yang negatif sehingga terjadilah perundungan atau pembullyan seperti itu.
Reporter : Muhammad Farhan
Editor : Shopyan Hadi
Posting Komentar untuk " Dr.H. Fachrudin, M.Ag. : Upaya Memadamkan Sikap Perundungan atau Bulliying"