Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PPL yang Semestinya jadi Pembuka Dunia Realita : Nyatanya jadi Ajang Merusak Nama Lembaga Satu Sama Lain

Guru yang Tidak Kompeten

Opini mengenai peran "Praktik Pengalaman Lapangan"(PPL) yang semestinya menjadi pembuka dunia realita bagi mahasiswa calon guru menjadi isu yang perlu dipertimbangkan dengan serius. PPL merupakan salah satu tahap penting dalam pendidikan guru, di mana mahasiswa calon guru memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah dipelajari di kelas ke dalam dunia nyata, khususnya di lingkungan sekolah. Adapun untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan ketika kegiatan PPL itu berlangsung silahkan baca "Dr. Ahmad Zamakhsari, MA.Pd. : Program PPL sebagai Pelatihan Mengajar bagi Calon Guru"

Idealnya, PPL seharusnya menjadi sebuah peluang berharga bagi calon guru untuk mengembangkan kompetensi, keterampilan, dan wawasan mereka. Namun, dalam prakteknya, banyak kasus di mana PPL justru menjadi ajang merusak nama lembaga satu sama lain. 

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa PPL seharusnya menjadi pengalaman pendidikan yang membantu mahasiswa calon guru untuk tumbuh dan berkembang, bukan malah menjadi ajang untuk merusak nama lembaga mereka. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut dari lembaga pendidikan, sekolah-sekolah tempat PPL dilaksanakan, dan mahasiswa calon guru sendiri untuk memastikan bahwa PPL dijalankan dengan integritas dan etika yang tinggi.

Para mahasiswa calon guru seharusnya lebih memfokuskan perhatian mereka pada pembelajaran, kolaborasi dengan guru di lapangan, dan pengembangan keterampilan mengajar. Ini adalah kesempatan berharga untuk memahami realitas di dunia pendidikan yang sesungguhnya dan mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang kompeten dan berintegritas.

Selain itu, kerja sama antar lembaga pendidikan dan sekolah dapat membantu mengatasi masalah ini. Kolaborasi yang kuat antara dua entitas ini dapat memastikan bahwa PPL berjalan dengan lancar, memberikan manfaat sebesar mungkin bagi mahasiswa calon guru, sekolah tempat PPL dilaksanakan, dan, yang paling penting, bagi dunia pendidikan secara keseluruhan.

Kalau kita melihat dari sisi yang lain, terdapat beberapa faktor penyebab ketidaksiapan mahasiswa dalam menjalani program kegiatan PPL yang diberikan oleh pihak kampus sebagai berikut. 

  • Terlalu Terlena dengan Kenyamanan yang Ada di Hidupnya

Mahasiswa dan Mahasiswi calon guru mulai dari Semester 1 sampai dengan 6 sering kali menganggap enteng saat kuliah dari cara membuat makalah, persentasi makalah di kelas, membuat dan merencanakan bahan ajar dan Metode dalam mengajar. Padahal hal itu sangat berguna ketika ia menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di semester 7 nanti. 

  • Tidak Ada Aktivitas yang mendukung Mahasiswa Untuk PPL

Tak ada Inisiatif dari mahasiswa (terkhusus mahasiswa jurusan PAI) di kampus untuk mengadakan kegiatan yang nantinya akan ia praktikan ketika menjadi seorang pengajar di suatu sekolah. Semisal tak pernah ada kegiatan upacara, Kegiatan Shalat Dhuha sampai Dzikir pagi di kampus sehingga hal ini menjadi salah satu faktor mahasiswa yang berada di jam pagi terlambat masuk jam pelajaran pertama di kampus dan juga ketika PPL mahasiswa menjadi sering datang terlambat melebihi jam 7. Hal ini membuat pihak sekolah menilai jelek mahasiswa yang menjalani kegiatan PPL dari kampus tertentu.

  • Mahasiswa Menganggap PPL itu Gampang 

Mahasiswa menganggap bahwa Praktik Pengalaman Lapangan itu hal yang mudah berdasarkan omongan kakak alumni yang sok tahu soal PPL. Padahal antara dirinya dan Mahasiswa yang akan PPL itu memiliki level yang berbeda dari segi penguasaan ilmu dan pengalaman mengajar. Maka oleh karena itu, dalam PPL itu mahasiswa harus terus bisa mengembangkan diri dalam proses pengajaran disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Jadi, Selayaknya bagi Mahasiswa yang PPL itu mempersiapkan diri untuk melaksanakan PPL itu bukan hanya teori yang dipelajari akan tetapi harus banyak praktik yang dilakukan sebelum melaksanakan PPL itu. terlebih lagi membangun kegiatan yang biasa terjadi di sekolah dan membangun komunikasi dengan yang sudah berpengalaman mengajar di jenjang pendidikan formal dari PPL tersebut. 

Ada beberapa solusi yang bisa dijadikan pedoman untuk mahasiswa yang PPL agar siap dalam kegiatan PPL di sekolah.

  • Membangun Sikap Disiplin 

Biasakan diri untuk mempunyai sikap disiplin dalam soal waktu terutama, semisal ketika diberikan tugas makalah oleh dosen, maka ia mengerjakannya jauh sebelum ia melakukan presentasi di kelas. Upayakan  bila makalah itu kelompok, maka harus saling berbagi tugas dalam mengerjakannya. Kemudian, dalam hal datang ke kampus, mahasiswa harus datang sebelum jam perkuliahan itu berlangsung. Hal ini membantu untuk menanamkan sikap disiplin dalam diri. Jika hal ini sudah menjadi kebiasaan, maka ke depannya akan terasa mudah untuk dilakukan.

  • Saling Membantu Kekurangan Satu Sama Lain

Tidak sedikit mahasiswa yang tidak memahami cara set-up makalah yang ada di word dan di PPT. Hal ini bisa dilihat ketika kerja sama dalam membuat makalah. Apakah ia lebih banyak ikut membantu atau hanya mengandalkan temannya yang "pintar"?. Selain itu, temannya yang pintar terkadang tidak membantu kekurangan temannya yang tidak tahu, malah membiarkannya. Terus juga dalam hal pengajaran, selayaknya para mahasiswa yang sudah mengajar dan yang belum pernah mengajar mengadakan sebuah pertemuan yang berisi "sharing session" tentang pengajaran di kelas dari mulai pengkondisian kelas, metode mengajar dan lain-lain. Dan lebih bagus lagi jika sharing sessionnya berjenjang dari mulai pengajaran tingkat TK, RA, SD, MI, MTS, SMP, SMA, MA dan SMK. 

Selanjutnya, "sharing session" itu juga berisi tentang cara pembuatan RPP, Silabus, Prota, Prosem (terkait kurikulum kurtilas), CP, TP, ATP, Modul Ajar, P5 (terkait kurikulum merdeka) dan Administrasi Keguruan lainnya. Ditambah "sharing session" terkait isu-isu pendidikan yang akan dihadapi seorang guru. Maka itulah beberapa hal yang dapat membantu teman-teman PPL

  • Membangun Kegiatan yang Berhubungan dengan PPL

Bila suatu kampus tidak mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan PPL, semisal upacara, shalat dhuha, dan lain-lain. Maka harusnya mahasiswa berupaya dan berinisiatif membangun kegiatan tersebut. Tujuannya agar ketika PPL, mahasiswa terbiasa dan benar-benar siap menjalani itu semua.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan PPL akan kembali menjadi pengalaman yang membawa manfaat sebesar mungkin bagi mahasiswa calon guru dan dunia pendidikan secara keseluruhan. PPL seharusnya menjadi tahap yang mempersiapkan mereka dengan baik untuk menjadi pendidik yang kompeten, berintegritas, dan memiliki dampak positif di dunia nyata, bukan ajang merusak nama lembaga pendidikan.

Posting Komentar untuk "PPL yang Semestinya jadi Pembuka Dunia Realita : Nyatanya jadi Ajang Merusak Nama Lembaga Satu Sama Lain"