Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diskusi Ramadhan HMI STIT Al-Marhalah Al-'Ulya : Membawa Pemikiran Teologis Menuju Kerukunan Umat

Diskusi Ramadhan Bersama Mohammad Fikri
Diskusi Ramadhan Bersama Mohammad Fikri

Bekasi-Persmarhalah.com. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) STIT AL-MARHALAH AL-'ULYA Mengadakan Diskusi Ramadhan dengan tema "Dialektika Pemikiran Teologis Islam Implikasinya Terhadap Kerukunan Umat" di STIT Al-Marhalah Al-'Ulya pada Kamis, (21-03-2024). Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dan mahasiswi yang terdiri dari UKM dan BEM STIT Al-Marhalah Al-'Ulya.

Baca Juga Diskusi & Pemaparan Lpj Ekspedisi Marpala

Mohammad Fikri (Ketua Marpala Gamabi)

Diskusi ini merupakan diskusi pertama HMI STIT AL-Marhalah Al-'Ulya dan dipimpin oleh Mohamad Fikri (Mahasiswa Semester 4 Reguler) selaku keanggotaan HMI Marhalah 'Ulya dan Ketua Marpala Gamabi Marhalah 'Ulya.

Baca Juga Ekspedisi Marpala Gamabi: Menyongsong Petualangan dan Pengabdian Baru!

Mohammad Fikri dalam pembahasannya, ia membahas sejarah munculnya aliran teologis dalam islam dari masa kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib hingga munculnya sejumlah aliran islam seperti Khawarij, Syiah, Murjiah, Mu'tazilah dan Asy'ariyah.

Berbicara Teologis, berarti berkaitan dengan ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan dan erat kaitannya dengan keyakinan agama yang dianut oleh umat manusia. Manusia itu diberikan akal pikiran untuk berpikir mendalam tentang segala kejadian yang ada di dunia ini. Oleh karena itu, timbullah dialektika pemikiran dari masa ke masa.

Dalam sejarahnya, aliran-aliran yang ada di agama islam tidak terlepas dari keyakinan agamanya akan tetapi ada beberapa aliran yang memiliki pendapat ekstrem dan ada juga beberapa pendapat yang memang ada dalilnya dari Al-Qur'an serta Hadits Nabi. Misalnya, mengatakan Sayyidina Ali itu Tuhan. Munculnya pemikiran-pemikiran yang baru itu, tidak terlepas dari penafsiran-penafsiran yang mereka pahami dalam ajaran islam. Oleh sebab itu, untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang salah, maka dibutuhkan mempelajari cabang-cabang ilmu keislaman sebagai pondasi yang kokoh dalam pemahaman islam. Seperti mempelajari ilmu nahwu, sharaf, dan lain-lain.

Diskusi Dialektika Pemikiran Teologis Menuju Kerukunan Umat
Diskusi Dialektika Pemikiran Teologis Menuju Kerukunan Umat

Pada poin diskusinya, Mohammad Fikri menyampaikan terkait menyikapi perbedaan yang terjadi pada ruang lingkup agama islam itu membutuhkan 3 hal sebagai berikut.

1. Mengenal dan Memahami Perbedaan : Langkah pertama untuk mengenal dan memahami perbedaan itu melalui membaca dan memahami ajaran islam secara mendalam melalui guru. Dalam surah Ali Imran ayat 103 diterangkan bahwa berpegang teguhlah terhadap agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai.

2. Mengutamakan Persatuan : Setiap Individu dan Komunitas Agama harus mengutamakan persatuan di tengah perbedaan yang terjadi selagi tidak menyalahi ajaran islam.

3. Mengutamakan Persamaan : Di Indonesia pancasila menjadi perekat dan titik persamaan bagi seluruh warga negara. Hal ini, sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad di kota Madinah membuat piagam madinah sebagai upaya membuat kerukunan antara umat beragama muslim dan non muslim.

Dari ketiga hal di atas, Fikri memberikan pemahaman bahwa ada 3 hal untuk membentuk persatuan antara umat beragama dan umat islam sebagai berikut.

1. Toleransi dan Dialog : Sesama umat beragama harus saling menghormati perbedaan keyakinan dan membangun hubungan kemanusiaan yang baik.

2. Moderasi Beragama : Umat Islam harus menjadi umat yang moderat dalam segala hal mulai dari cara berpikir, bersikap dan bertindak dari segi ibadah maupun muamalah.

3. Pendekatan Dialogis dan Penyelesaian Masalah : Berupaya mencegah konflik dengan cara yang tidak memakai kekuatan fisik dan kekerasan melainkan dengan cara-cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip persaudaraan dan kegotongroyongan.

Kesimpulan : Dialektika Pemikiran Teologis itu sudah pasti adanya dan terbentuk dari penafsiran-penafsiran agama yang ia yakininya. Oleh karena itu, sesama manusia harus saling memahami satu sama lain dengan keluasan berpikir serta kebijakan dalam mengambil setiap keputusan melalui ajaran teologis yang di yakininya.

HMI STIT Al-Marhalah Al-'Ulya sudah membentuk program-program diskusi yang bernuansa pengetahuan untuk mencerdaskan pemahaman mahasiswa. Oleh karena hal itu, diharapkan ke depannya diskusi semacam ini dapat berlangsung terus menerus dan diharapkan pula banyak mahasiswa dan mahasiswi STIT Al-Marhalah 'Ulya yang menghadirinya.

Posting Komentar untuk "Diskusi Ramadhan HMI STIT Al-Marhalah Al-'Ulya : Membawa Pemikiran Teologis Menuju Kerukunan Umat"