Gus Ulil Abshar Abdalla : Pentingnya Literasi dan Menulis Bagi Generasi Muslim
Gus Ulil Abshar Abdalla saat menyampaikan hikmah haul Syaikh Muhajirin Amsar Ad-Dary Ke-22 (Foto : Shopyan Hadi) |
Bekasi, Pers Marhalah 'Ulya
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Jabatan 2022-2027, Dr. K.H. Ulil Abshar Abdalla menekankan pentingnya literasi dan menulis bagi generasi muslim atau generasi umat islam pada masa sekarang.
Baca Juga
Pesan literasi dan menulis ia sampaikannya di acara haul Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary yang ke-22 pada Minggu (09/06/2024).
"Suatu bangsa kalau tidak membuat tulisan dalam bentuk produk keilmuan,maka tidak akan dikenang oleh sejarah," Kata Gus Ulil.
Sehubungan dengan hal itu, Gus Ulil menyampaikan bahwa ada portal berita yang bernama Ladunni yang menulis biografi kiyai-kiyai Nusantara. Hal itu pun sebenarnya masih belum cukup, karena masih banyak biografi kiyai-kiyai yang ada di Nusantara yang banyak belum di bahas oleh Portal Berita Ladunni.
Menurutnya, ulama-ulama yang ada di Arab terkenal banyak menulis biografi ulamanya berjilid-jilid.
"Ada yang sampai menulis biografi 1 jilid, 2 jilid, bahkan ada yang sampai 30 jilid, " Jelasnya.
Gus Ulil menjelaskan pula perihal sejarah bangsa Arab yang dulu memang disebut dengan ummi.
"Bangsa Arab disebut dengan ummi, banyak tafsiran tentang kata Ummi, salah satu penafsirannya ialah umat yang tidak mengenal kitab, " Ucapnya.
Senada dengan hal itu, ia memaparkan bahwa bangsa Arab terdahulu benci kitab yang tertulis, mereka hanya mengandalkan ingatan yang kuat. Hal ini berbeda dengan umat Nasrani dan umat Yahudi yang sebelumnya mempunyai kitab Taurat dan Injil.
Pada kesempatan itu, Gus Ulil menerangkan bahwa Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin membagi ilmu kepada 2 bagian besar yaitu ilmu-ilmu syar'iyyah yang berkaitan dengan wahyu atau dikenal dengan ilmu agama dan ilmu-ilmu aqliyyah yang bisa berkaitan dengan akal, pengamatan sehari-hari, sejarah dan lain-lain.
Menurutnya, alasan Syaikh Muhajirin mendirikan madrasah Annida dikarenakan maju dan berkembangnya generasi umat Nabi pada masa sekarang dengan mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat Aqliyyah sebagai penopangnya.
"Mempelajari ilmu-ilmu aqliyyah membawa kebesaran bagi umat Muhammad dan bersifat fardhu kifayah untuk mempelajarinya," Tuturnya.
Selaras dengan hal tersebut, salah satu yang menjadi contoh yang dijelaskan oleh Gus Ulil adalah tokoh K.H. Wahid Hasyim yang pernah mengajarkan bahasa Inggris dan bahasa Belanda di pondok pesantren Tebuireng.
Berberapa karya ulama-ulama yang pembahasannya bisa dibilang hal yang unik diceritakan oleh Gus Ulil pada Hikmah Haul yang ia sampaikannya yaitu kitabul uzzat karangan Ibnul Jauzi yang berisi sejarah ulama-ulama yg tidak pernah nikah, Imam Ad-damiri dalam karyanya Al-Hayawan Al-Kubro, Imam Suyuti yang berisi tata cara hubungan suami istri yang terbagi kepada 2 kitab, kitabul aqoqir yang berisi bumbu dan obat-obatan.
Membuat karya tulis tentunya diawali dengan melakukan kegiatan literasi dan melatih kepenulisan agar tulisan semakin sempurna.
Sosok Syaikh Muhajirin bagi Gus Ulil merupakan tokoh yang sangat alim dan rajin membuat karya tulisnya berupa kitab yang berhubungan dengan cabang ilmu agama di tengah kesibukan mengajar santri nya di pondok pesantren.
"Mengingat beliau itu sosok yang berilmu dan alim serta meninggalkan ilmu salah satunya dalam bentuk kitab, " Ujar Gus Ulil.
Syaikh Muhammad Muhajirin terkenal dengan karangan kitabnya yang berjumlah 34 yang terdiri dari berbagai cabang ilmu agama.
Selain itu, banyak karya Syaikh Muhajirin yang belum terbit dan dibutuhkan proses pentahqiqan yang berujung kepada penerbitan kitab karya Syaikh Muhajirin yang terbaru. Hal tersebut diungkapkan melalui cerita Gus Ulil yang bersumber dari putra Syaikh Muhajirin, K.H. Dhiya Al-Maqdisi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Gus Ulil mengungkapkan bahwa bedanya generasi ulama terdahulu dengan ulama zaman sekarang ialah terletak pada bidang kepenulisan atau memproduksi keilmuan yang ia miliki melalui karya tulis.
Gus Ulil memaparkan dzurriyah dalam pemahaman ajaran islam terbagi kepada 2 bagian, yaitu dzurriyah nasab dan hasab.
"Dzurriyah biologis disebut nasab, dzurriyah yang berkaitan dengan keilmuan, kecintaan dan kebaikan disebut hasab, "Ucapnya.
Berhubungan dengan hal itu, Gus Ulil berharap orang yang bisa berkumpul dengan Syaikh Muhajirin bukan hanya yang digolongkan secara nasab akan tetapi orang yang mempunyai hubungan hasab juga bisa dibawah bendera beliau di akhirat kelak.
Selain Dzurriyah, dijelaskan pula oleh Gus Ulil mengenai isim alam yang terdiri dari 3 unsur yang menjadi keunikan yang menjadi nama panggilan dalam bahasa Arab.
"Alamu Dzat (nama langsung), Alamu Kunyah (nama anak atau ayah) dan Alamu Laqob (nama julukan), " Ucapnya.
Selain itu, ada pula alam nisbat (nama yang menjadi asal usul orang tersebut).
Pesan Gus Ulil untuk generasi muda sekarang sebagai berikut.
"Yang penting kita tanamkan pada generasi sekarang adalah tradisi literasi, " Tutupnya.
Posting Komentar untuk "Gus Ulil Abshar Abdalla : Pentingnya Literasi dan Menulis Bagi Generasi Muslim"