Haul yang Tak Terlupakan: Gus Ulil dan Nilai Kehidupan dari Syaikh Muhajirin
Gus Dhiya Al-Maqdisi (Putra Syaikh Muhajirin Amsar Ad-Dary) |
Kedekatan Emosional Menjadi Latar Belakang Diundangnya Gus Ulil Menjadi Pembicara Hikmah Haul
Bekasi, Pers Marhalah 'Ulya
Haul Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary yang ke-22 akan diadakan pada hari Ahad (09/06/2024). Pelaksanaan haul mulai pukul 08:00-12:00 WIB. K.H. Dhiya Al-Maqdisi mengundang Gus Ulil Abshar Abdalla sebagai pembicara hikmah haul.
Baca Juga
Tradisi Khataman Al-qur’an Menjelang Haul Syaikh Muhammad Muhajrin
K.H. Dhiya Al-Maqdisi menjelaskan alasannya mengundang tokoh inspiratif Gus Ulil Abshar Abdalla dikarenakan memang secara personal ada kedekatan antara beliau dengan Gus Ulil melalui pertemuan-pertemuan di majelis-majelis tertentu. Hal itu diungkapkannya pada saat wawancara dengan tim Pers Marhalah 'Ulya di ruangan kepala sekolah madrasah aliyah Annida Al-Islamy pada Sabtu (08/06/2024).
"Secara personal, saya beberapa kali bertemu dengan beliau di majelis-majelis tertentu di acara MUI, acara PBNU Jawa Barat Khususnya dan juga PCNU Kota Bekasi" Kata Gus Dhiya.
Hubungan emosional Gus Ulil dengan Gus Dhiya terbentuk melalui pertemuan-pertemuan yang sudah berlangsung sejak lama.
Gus Dhiya mengingat ajaran K.H. Muhajirin bahwa dalam memandang manusia itu harus egaliter. Oleh sebab itulah, ia mengundang Gus Ulil sebagai pembicara hikmah haul.
"Sosok Syaikh Muhajirin itu kan orang yang egaliter, tidak melihat orang itu dari keturunan siapa, apapun latar belakang sosialnya, tapi yang dilihat di sini adalah sisi keilmuannya dan kealimannya.
Gus Dhiya menjelaskan bahwa siapapun dari pihak keluarga Kiyai Muhajirin yang ingin mengundang tokoh yang dihadirkan pada haul itu dipersilahkan saja.
"Siapa saja yang mempunyai ide menghadirkan siapa itu monggo akan tetapi harus dijelaskan kriterianya, kapasitasnya dan totalitas bergerak untuk menghadirkan tokoh tersebut" Ujar Gus Dhiya.
Melihat Tokoh Tidak Secara Parsial
Adapun mengenai pro-kontra terhadap diundangnya Gus Ulil, beliau menjawab bahwa jangan melihat tokoh itu secara parsial (secara tidak utuh).
"kami selalu berusaha mengikuti dawuh Syaikh Muhajirin bahwa melihat orang itu tidak boleh parsial apapun yang terjadi. Lihatlah orang dari masa kini dari orang tersebut" Ucap Gus Dhiya.
Selain itu, beliau menambahkan bahwa lihat apa yang sudah dikerjakan serta yang sudah dihasilkan, begitupun yang diberikan untuk umat islam. Ia merupakan seorang Kiyai NU. Dan hal itu merupakan bukti yang jelas sehingga tidak diragukan lagi mengenai kapasitas beliau sebagai pembicara hikmah haul.
Pembangunan Annida Al-Islamy Cabang Setu
Pembangunan Annida Al-Islamy Cabang yang pertama, yang terletak di Desa Cibening, Kabupaten Bekasi, masih terus berlangsung sebagai perluasan dakwah ajaran Islam yang semakin meluas.
Seorang muslim harus memberikan dakwah Islam semampunya sesuai dengan kapasitas keilmuannya. Hal ini sudah menjadi penegasan tentang pembangunan Annida Al-Islamy cabang Setu.
"Saya ingin sampaikan bahwa cita-cita Pak Yai dan juga kami sebagai penerus adalah berusaha meluaskan dakwah seluas-luasnya dan semampu yang kami bisa. Jika memang tidak mampu, ya tidak akan kami paksakan" Ucap Gus Dhiya.
Gus Dhiya dan keluarga dalam mengembangkan pembangunan Annida Al-Islamy cabang Setu dengan prinsip yang ada di dalam Al-Qur'an Surah Al-Insyirah ayat 7-8.
"Kami berprinsip dalam setiap cita-cita atau obsesi itu selalu berpegangan dengan Faiza Faroghta Fangshob Wa Ila Robbika Farghob, jadi kita selalu Menyelesaikan dulu apa yang sudah kita Ingin laksanakan dan jika sudah satu terlaksana, maka kita akan berusaha menyelesaikan lagi atau berusaha merealisasikan kembali cita-cita berikutnya" Tambah Gus Dhiya.
Gus Dhiya mengajak secara sukarela kepada orang yang ingin berkontribusi terhadap pembangunan Annida Al-Islamy ke-2.
"Peran kontribusi untuk mewujudkan cita-cita mulia kami, mudah-mudahan ini bisa menjadi cita-cita mulia kita semua, karena lembaga ataupun pesantren yang sedang dibangun ini bukan milik pribadi, bukan milik yayasan, tidak ada satu pun dari keluarga Syaikhuna yang memang berhak memiliki itu secara pribadi karena sertifikat juga sudah kami rubah dan ini menjadi milik umat, milik muslim muslimah yang memang sudah berkontribusi karena statusnya jelas tanah wakaf, siapapun bisa berkontribusi Untuk melakukan infak terbaiknya" Tambah Gus Dhiya.
Gus Dhiya menjelaskan bahwa pembangunan Annida Al-Islamy ke-2 tidak terlepas dari dukungan moral, dukungan doa, dan juga pasti kontribusi daripada semua muhibbin, para donatur, para alumni, para wali santri yang memang menyisihkan sebagian hartanya untuk menyukseskan pembangunan Annida Al-Islamy ke-2 yang berada di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.
Nama Kiyai Muhajirin Sebagai Nama Jalan di Sekitar Jalan Baru Underpass Bekasi Timur
Bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia yang ke-78, nama Kiyai Muhajirin yang dijadikan nama jalan yang ada di sekitaran jalan baru Underpass, Bekasi Timur, merupakan apresiasi dari Pemerintah Kota Bekasi kepadanya sebagai tokoh pendidik yang ada di kota Bekasi.
Baca Juga
Penghormatan Abadi: Syaikhuna Muhajirin Amsar Ulama Bekasi Dijadikan Nama Jalan di Bekasi Timur
"Katakanlah ini adalah bentuk apresiasi dari pemerintah kota, dan itu dilakukan di acara hari ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia tahun 2023, dan erat kaitannya dengan apresiasi dari pemerintah kota bekasi kepada para tokoh pendidik" Ucap Gus Dhiya.
Pihak keluarga Syaikh Muhajirin sangat mengapresiasi pemerintah kota Bekasi yang mengabadikan nama Kiyai Muhajirin sebagai nama jalan yang ada di kota Bekasi.
"Kami sebagai pihak keluarga, mengapresiasi saja dengan niat mudah-mudahan dengan apa yang sudah dilakukan Pemerintah kota menjadi pencerahan bagi warga Kota Bekasi secara umum dan khususnya kepada warga alumni Annida bahwa Annida ini memang alhamdulillah, Allah takdirkan punya tokoh pendidikan yang memang diakui kapasitas dan kapabilitasnya oleh Pemerintah Kota Bekasi sehingga akhirnya diabadikan menjadi nama dari sebuah jalan". Tutupnya.
Posting Komentar untuk "Haul yang Tak Terlupakan: Gus Ulil dan Nilai Kehidupan dari Syaikh Muhajirin"