Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Temu Sastrawan nasional: Martin Suryajaya dan Berto tukan, UKM Cilpa Aksa

 

Panitia diklat seni bersama Martin suryajaya (Dok .pribadi)

Bekasi, Persmarhalah

Pada tanggal 1 Juni 2024 panitia Diklat UKM Seni Cilpa Aksa berkesempatan hadir di acara diskusi buku Sebelum Hancur Lebur karya Mas Martin Suryajaya di cafe Atelir Ciremai yang bertempat di Rawamangun. 

Pada kesempatan kali ini panitia Diklat UKM Seni Cilpa Aksa tidak hanya mengikuti diskusi buku, melainkan menjalin silaturahmi kepada salah satu Sastrawan Nasional yaitu Mas Martin Suryajaya dan Mas Berto Tukan.

Kunjungan kali ini panitia Diklat juga membicarakan terkait pelaksanaan kegiatan Diklat UKM Seni Cilpa Aksa yang akan diadakan pada tanggal 1-3 Juli 2024 mendatang. 

Martin suryajaya 

Supaya lebih akrab alangkah baiknya kita berkenalan dengan salah satu Sastrawan Nasional ini.

Martin Suryajaya

Martin Suryajaya lebih dikenal dengan dedikasinya sebagai penulis filsafat, sastra, novelis, dosen hingga conten creator. Martin lahir di Semarang pada tanggal 11 Maret 1986. Martin menempuh beberapa jenjang pendidikan diantaranya

1. Pendidikan S1 di STF Driyarkara, jakarta jurusan filsafat pada tahun 2005-2009.

2. Pendidikan S2 di STF Driyarkara, jakarta pada tahun 2010-2012.

3. Pendidikan S3 di STF Driyarkata, jakarta pada tahun 2019-2021.

Selain itu, Martin juga aktif di salah satu organisasi yaitu menjadi Pemimpin redaksi jurnal Filsafat Driyarkara pada tahun 2007-2008.

Ketertarikan Martin terhadap dunia sastra dan filsafat dimulai sejak dia mulai gemar membaca buku-buku filsafat dibangku SMP. Martin juga menulis beberapa novel yang sedang eksis belakangan ini, yaitu:

1. Kiat sukses hancur lebur di tahun 2016

2. Sebelum hancur lebur di tahun 2024

Sebagai content creator Martin juga kerap turun di berbagai media sosial diantaranya Instagram dan YouTube. Didalam Channel YouTube Martin Suryajaya menyajikan aneka konten tentang sastra, filsafat, dan budaya. Tujuannya adalah supaya para penonton mengetahui lebih dalam terkait para filsuf, sastrawan, budayawan, hingga penulis. 

Berto tukan

Berto Tukan

Berto Tukan adalah seorang Penulis dan Peneliti Partikelir yang berasal dari Larantuka, Flores Timur. Beliau pernah belajar di Program Studi Jerman, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI).

Selain itu ia juga menyelesaikan Studi S1 nya di Program Studi Filsafat STF Driyarkara, jakarta. Pada tahun 2018, ia juga menyelesaikan Pendidikan Program Magister Filsafat di STF Driyarkara dengan judul tesis, “Perubahan Aura Karya Seni Telaah Konsep Aura Karya Seni menurut Walter Benjamin dalam ‘The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility”.

Bukan hanya Martin Suryajaya, Berto Tukan juga menulis beberapa buku, yaitu :

1. Seikat Kisah Tentang yang Bohong (Kumpulan Cerpen, 2016)

2. Sudah Lama Tidak Bercinta Ketika Bercinta Tidak Lama (kumpulan puisi, 2018)

3. Aku Mengenangmu dengan Pening yang Butuh Panadol (kumpulan puisi, 2021)

4. Kita #dirumahsaja dan Khawatir Akan Dunia (kumpulan puisi, 2021)

Selain menjadi seorang penulis, ia juga pernah aktif sebagai remotivi sebuah lembaga yang saat itu khusus mengkaji dan memodifikasi televisi. Tak hanya melalui karangan buku, ia juga aktif menulis di laman blognya www.bertotukan.com.

Dengan dilaksanakannya pertemuan ini besar harapan panitia Diklat UKM Seni Cilpa Aksa agar dapat membangun relasi dengan para Sastrawan.

Pada kunjungan kali ini, banyak sekali motivasi-motivasi yang dirasa cocok untuk para kaum-kaum rebahan untuk tetap menghidupkan kesusasteraan di Indonesia.

Hal yang paling mendasar sastra itu bisa membuat kita jadi orang yang mempunyai nilai-nilai tertentu dalam menjalani hidup, jadi sastra itu bukan sekedar bacaan-bacaan yang menyenangkan tetapi sastra itu pelan-pelan akan memberikan nilai-nilai kehidupan”. Ucap Mas Berto

Tak hanya Mas Berto yang mengutarakan tentang sastra, tetapi Mas Martin Suryajaya pun ikut mengutarakan betapa pentingnya generasi sekarang mempelajari tentang Sastra khususnya dikalangan akademisi.

Sastra adalah satu instrumen yang tepat untuk dipelajari supaya kita dapat berfikir lebih kritis, bisa lebih sadar akan lingkungan yang lebih luas, oleh karena itu saya rasa sastra perlu untuk dibaca dan dipelajari khususnya dikalangan mahasiswa”. Ujar Mas Martin. 

Kesimpulan : Jangan mengartikan sastra hanya sebatas membaca buku saja, melainkan Belajar sastra itu adalah mengimplementasikan apa yang sudah dibaca di kehidupan sehari-hari.

Penulis: Alief Hafidzt Aulia




Posting Komentar untuk "Temu Sastrawan nasional: Martin Suryajaya dan Berto tukan, UKM Cilpa Aksa"