Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kopi ku Masih Kurang Pakem, seperti Halnya Qolam: Harus Memperbanyak Iqra'

 

Saling Silang Suara
Document : mediumbookstore

ELEMEN I

Laki-laki berkisar permulaan 20 tahunan antri memasuki kedai kopi tepat di tepian jalan, untuk mengikuti acara Saling Silang Suara. Ia melangkah sedikit ke depan untuk menghampiri seorang Usher perempuan tepat berada di depan pagar hitam sembari menyapa "selamat sore, untuk berapa orang kak?" dengan garis bibir yang menawan nan sedikit lebar. Akhirnya si lelaki mendapatkan Ripet atau apalah sebutan nya yang jelas dijadikan sebagai gelang penanda. Suasana yang senja nan indah mendorong si lelaki untuk duduk dipojok, dekat sekali dengan beberapa narasumber yang sedang menyampaikan materinya. Setelah mendapatkan secangkir minuman berwarna coklat dengan keringat yang bercucuran di cangkirnya, lelaki itu mengeluarkan senjatanya dari kotak yang berwarna coklat campur keemasan. Si lelaki sadar bahwa cinta sejati Tembakau adalah secangkir Kopi.

Beberapa jam telah berlalu tertampak tajam bara yang hampir menghabisi busanya. Sayang. Lelaki itu menyalakan api untuk membakar tembakau yang kedua kalinya, sehingga busa itu diapit oleh kedua belah bibir tepat pada isapan yang pertama. Huhftttt, tarikan yang sangat dalam pada isapan pertama. Selembar tembakau pun berubah menjadi bara yang berasap, sedikit demi sedikit membakar hingga ujung nya, berkelahi dengan secangkir kopi yang tak kalah nikmatnya. Ketika terkumpul segumpal bara dalam wadahnya, segumpal bara itu berandai-andai tentang sang Larantuka yang datang menghampirinya.

Kedai Kinetik, mungkin itu nama tempat cerita ini dimulai, sebuah tempat berdiskusi, mengawali pertemuan, juga menutup pertemuan. Berbagai macam kedai rasanya mempunyai nilai-nilai tersendiri. Ini mengakibatkan Kedai Kinetik memulai harinya dengan bincang-bincang terkait sastra. Hukum kausalitas tetap terjadi pada semua hal, terlebih apakah tempat itu sering dijadikan tempat diskusi atau tidak. Rata-rata Coffe Shop sekitar Jakarta tak habis-habisnya mengadakan diskusi. Banyak yang tidak menyadari atau kah memang Miss Information terkait ruang diskusi di tempat hiburan. 

 

Mas Berto & The Cat Police

 

Entah diskusi-diskusi itu menjadi sorotan mata atau tidak, yang jelas ini kedua kali si lelaki menghadiri Diskusi di Coffe Shop Jakarta. Kehadiran yang kedua ini nampaknya tidak disengaja lantaran memang Kedainya dekat dengan tempat singgah ku sebelumnya. Selain mendengarkan diskusi yang dibawakan oleh para narasumber, si lelaki pun dihibur oleh band musik yang dikenal dengan The Cat Police band kelahiran 2008 itu sudah memiliki banyak Treck Rekor dengan menciptakan beberapa album lagu yang sudah terkenal di dunia Lokal. Setelah lama duduk di bangku yang sama dan meja yang sama, akhirnya pucuk di cinta ulam pun tiba datang lah seorang lelaki yang berambut gimbal, besar, nan terlihat tegas. Ya, itu lah Sastrawan asal Larantuka yang sekarang menetap di Jakarta, Mas Berto Tukan, ini kali kedua saya bertatap langsung dengannya. Berapa menit kemudian, setelah lama saya menatapnya, akhirnya si Larantuka itu sadar akan kehadiran ku.

       "Bung, sini jauh sekali." Sapanya dengan tegas.

       "Duk, duk, duk.... Suara sepatu ku berbunyi hendak menghampirinya."

       "Dari kapan Bung?." Tanya mas Berto

       "Sedari sore Mas, sekitar jam setengah 6 lah." Jawab ku dengan tersenyum tipis.

       "Waduh lama juga, baiklah setelah selesai mari kita berbincang-bincang panjang." Tawaran yang begitu semangat

       "Siap Mas, nanti kita berbincang." Jawab ku dengan senyum lebar nan gembira.

Beberapa jam kemudian, ia kembali menghampiri ku dan kita berbincang sebentar terkait Diklat yang ku laksanakan beberapa Minggu lalu.

        "Bagaimana Bung acara Minggu lalu, sorry saya ngga bisa hadir, sebab ada agenda yang kebetulan bentrok dengan agenda bung, mungkin nanti kita jadwalkan kembali saja untuk agenda yang lebih besar, sekaligus saya ingin bertemu dengan mahasiswa/i disana."

       "Baik Mas, nanti kita akan jadwalkan kembali untuk mengadakan Diskusi Publik dengan tema yang sama, kemungkinan yaaa.... Bulan September lah kampus kita masuk." Jawab ku dengan antusias dan percaya diri.

Setelah berbincang panjang lebar, ada sebuah kejadian yang tak terduga. Mas Berto Tukan  adalah seorang Penyair, Sastrawan, Filsuf, Penulis, dan Peneliti. Sudah banyak karya tulisan yang dia terbitkan salah satunya adalah "SEIKAT KISAH TENTANG YANG BOHONG". Ini adalah karya dia yang sudah terbit dengan 2 cetakan, cetakan pertama pada bulan November 2016, dan cetakan kedua pada bulan Januari 2020. Dan disini lah rasa bahagia ku, beliau menghadiahkan ku sebuah buku karangan nya.

 

Document Pribadi

 

    "Bung, sudah punya belum?" Tanya nya sambil mengeluarkan buku.

   "Belum Mas." Jawab ku dengan keheranan.

  "Ya sudah, ini hadiah buat bung." Lanjutnya dengan tersenyum tipis.

  "Terimakasih Bung, ini sangat berharga bagiku." Jawabku dengan senyum lebar nan bahagia.

Posting Komentar untuk "Kopi ku Masih Kurang Pakem, seperti Halnya Qolam: Harus Memperbanyak Iqra'"