Pak Abdul Khoir : Menanamkan Jiwa Kebudayaan Terhadap Pemuda di Era Digitalisasi
Foto : Abdul Khoir, Pemateri Sumpah Pemuda di STIT Al Marhalah Al 'Ulya |
Bekasi, Pers Marhalah 'Ulya
Pada hari Senin (28/10/2024) kemarin bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda dengan tema "Relevansi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda di Era Digital". Abdul Khoir adalah salah satu dosen Universitas Islam 45 (UNISMA), selain menjadi dosen, beliau pun berkiprah di Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi (BKMB) Bhagasasi. Berbicara tentang kebudayaan di era digitalisasi, beliau pun turut menjadi budayawan bekasi, dan sekaligus sejarawan Bekasi.
Baca Juga :
Pada era digitalisasi ini, pengembangan minat kebudayaan para pemuda itu bermacam-macam, banyak budaya-budaya dari luar negeri pun sudah mulai masuk ke Indonesia. Semakin pesat perkembangan informasi di era digitalisasi, menyebabkan para pemuda kurang menggali informasi dari tokoh-tokoh budayawan yang ada, khususnya di Bekasi ini. Para pemuda lebih suka menggali informasi dari sosial media, seperti Youtube, Instagram, dan masih banyak lagi media sosial yang berkembang. Bang Abdul Khoir memberikan sedikit penjelasannya terkait dengan kebudayaan yang hidup di era digitalisasi ini "Kita hidup ini di era globalisasi dimana kita sudah tidak bisa memberikan batasan interaksi atau pergaulan seluruh manusia, hadirnya IT komunikasi, teknologi, dan informasi itulah yang mempercepat pertumbuhan pergaulan masyarakat luas," ungkapnya kepada Pers Marhalah 'Ulya di Kampus STIT Al-Marhalah Al 'Ulya, Jalan KH. Mas Mansyur no 124, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Dalam konteks budaya semua orang bisa memperlajari karakteristik budaya itu sendiri. Oleh karenanya, perkembangan informasi dan komunikasi ini mempermudah masyarakat untuk mempelajari kebudayaan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa globalisasi inilah yang membawa kebudayaan ini terbuka dan mudah di akses oleh siapapun yang ingin mengetahuinya.
Lebih dalam dari itu, Indonesia adalah sebuah wilayah yang harus mencoba beradaptasi dengan kemajuan arus globalisasi. Dengan majunya arus globalisasi, pasti ada tantangan yang pasti di hadapi oleh masyarakat Indonesia, tantangan itu dapat di adaptasi menjadi 2 aspek, yaitu, kelestarian dan pengembangan budaya.
Abdul Khoir HS, M.Pd |
Dalam konteks pengembangan budaya, budaya lokal, dan budaya yang tumbuh pada wilayah-wilayah tertentu, itu pun harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang pesat di kehidupan sekarang ini. Oleh karenanya, budaya harus bisa beradaptasi dengan kehidupan manusia di era yang lebih modern seperti sekarang ini.
Selanjutnya, Abdul Khoir menjelaskan terkait sifat kebudayaan secara umum "Budaya itu tidak dapat dipaksakan, karena budaya itu menyangkut rasa didalamnya, jadi tidak bisa seseorang itu dipaksakan untuk mempelajari budaya, seseorang yang ingin mempelajari budaya pasti menjaga dan melestarikan budaya tersebut." ungkapnya.
Menurutnya, tantangan terbesar bangsa Indonesia dibandingkan dengan budaya-budaya luar adalah pada sisi strategi marketing, budaya luar mampu mengadapatasikan budayanya melalui anime-anime ataupun platform digital lainnya untuk memperkenalkan budayanya sendiri. Terkait tantangan kebudayaan yang ada, Abdul Khoir pun menanggapinya.
"Saya kira, tidak ada tantangan yang berkesudahan, jika misinya itu terus-menerus memperkenalkan, melestarikan, dan mengembangkan, itu disebut dengan dinamika saja."
Abdul Khoir memberikan sedikit kesan dan pesannya terhadap para pemuda pada momentum Sumpah Pemuda kali ini.
"Spirit dalam Sumpah Pemuda yang harus diambil adalah kemauan dan bersatu, karena sebab bersatu itu lah Indonesia menjadi bangsa yang besar, spirit itulah yang harus ditanamkan dalam kondisi apapun dan dalam kehebatan teknologi apapun. Bersatu itu untuk menjaga identitas komunal dan menjaga identitas bangsa yang satu," tutupnya.
Posting Komentar untuk "Pak Abdul Khoir : Menanamkan Jiwa Kebudayaan Terhadap Pemuda di Era Digitalisasi "