Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aan Rukmana dan Sunaryo : Menghindari Doktrinisasi Pendidikan dan Membangun Islam yang Menghargai Perbedaan

Kegiatan Isra Mi'raj di Kampus STIT Al Marhalah Al 'Ulya
Kegiatan Isra Mi'raj di Kampus STIT Al Marhalah Al 'Ulya

Bekasi, Pers Marhalah 'Ulya

BEM Keluarga Mahasiswa Marhalah (Kammalah) menyelenggarkan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad dan diskusi publik di Aula STIT Al Marhalah Al 'Ulya Bekasi. 

Acara ini mengusung tema "Jejak Perjalanan: Menyingkap Tabir dan Menguak Pesan Tersembunyi Perjalanan Menuju Langit" dengan menghadirkan pembicara dua dosen Falsafah dan Agama dari Universitas Paramadina, yaitu Dr. Aan Rukmana dan Dr. Sunaryo pada Senin (27/1/2025).

Sebelumnya, salah satu, isi pernyataan yang disampaikan oleh Aan ialah perjalanan yang baik itu, perjalanan yang ada Allah di dalamnya (Berniat karena Allah), dengan hal itu, maka akan naik kedudukannya di sisi Allah. Sementara itu, Sunaryo, mengatakan tidak lahir peradaban yang baik, jika masyarakat tidak pro terhadap pengetahuan dan tidak adanya keterbukaan pemikiran.

Baca Juga :

Menguak Pesan Nabi Muhammad melalui Isra Mi'raj dan Jejak Sejarah Nabi

Pasca Acara, Pers Marhalah 'Ulya berkesempatan untuk mewawancarai kedua narasumber berkaitan dengan doktrinisasi di lingkungan pendidikan dan cara mempersatukan umat Islam di tengah perbedaan pemikiran.

Dosen Universitas Paramadina, Dr. Aan Rukmana
Dosen Universitas Paramadina, Dr. Aan Rukmana

Berhubungan dengan doktrinisasi di dunia pendidikan, Aan mengatakan ada dua hal yang harus diperbaiki yaitu produk dari pengetahuan dan metode penyampaiannya. Kedua hal itu harus diselaraskan sehingga tujuan yang ingin disampaikan akan tersampaikan.

"Ada dua hal dalam dunia Pendidikan yang harus di seriuskan, pertama, konten dari pendidikan itu sendiri yang esensial seperti produk dari pengetahuan apa yang ingin disampaikan. Kedua, cara atau metodenya," Ujarnya.

Lebih lanjut, Aan menyampaikan, peserta didik ataupun guru di era society 5.0, setidaknya harus mempunyai 4 hal yaitu berpikir kritis, kreatif, kolaborasi dan komunikasi. Keempat hal itu mampu membantu memaksimalkan ilmu dengan baik dan menghindari terjadinya doktrinisasi di dunia pendidikan.

"Dia mesti punya kemampuan berpikir kritis karena harus punya banyak referensi, kedua, harus kreatif sehingga dapat memaksimalkan referensi, ketiga, harus memiliki kemampuan kolaborasi antara guru dan murid, keempat, kemampuan komunikasi dalam menyampaikan pengetahuan sehingga model pembelajaran mengarah kepada problem solving," tambahnya.

Dosen Universitas Paramadina, Dr. Sunaryo
Dosen Universitas Paramadina, Dr. Sunaryo

Di kalangan umat Islam seringkali terjadi perbedaan pemikiran yang memicu konflik antar sesama. Oleh karena itu, tanggapan Sunaryo berkenaan hal tersebut ialah Umat Islam itu harus membuka diri terhadap pengetahuan yang didapatinya.

"Sebenarnya antara tradisi intelektual dan tradisi islam tidak bertentangan, bahwa Islam itu Pro terhadap pengetahuan bukan anti terhadap pengetahuan, Jelasnya.

Senada dengan hal itu, Ia juga mencontohkan Imam Ghazali, sebagai pengkritik para filosof, namun berbekal ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hal yang dikritik sehingga kritiknya tidak menjadi buta atau liar.

"Imam Ghazali menulis buku Maqashidul Falasifah (Maksud-Maksud para Filosof), setelah dia menulis Tahafut Al Falasifah (Kerancuan para Filosof). Sebelum dia menulis, dia belajar filsafat selama dua tahun," Ujarnya.

Menurutnya, perbedaan yang terjadi dalam kehidupan dunia sudah hal biasa dan kenyataan itu harus diterima oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

"Kita tidak harus berharap semua orang sama seperti kita, karena dalam realitas itu memang kita selalu berbeda-beda," Katanya.

Selain itu, Sunaryo juga mengatakan, Umat Islam harus saling menghargai untuk menerima perbedaan dan tidak boleh memaksakan pendapatnya terhadap kelompok yang berbeda aliran dalam Islam sehingga keyakinan akan suatu kebenaran tidak mengikat kepada satu kelompok.

"Kita harus Membangun Islam yang menghargai pandangan yang berbeda, karena bagaimanapun, kita tidak diajarkan untuk memaksakan pandangan dan pikiran kita kepada orang lain," Tutupnya. 

Posting Komentar untuk "Aan Rukmana dan Sunaryo : Menghindari Doktrinisasi Pendidikan dan Membangun Islam yang Menghargai Perbedaan"