Seminar Nasional STIT Al Marhalah Al 'Ulya: Pentingnya Pendidikan Tanpa Kekerasan Untuk Membangun Generasi Yang Baik
![]() |
Seminar Nasional Pendidikan Tanpa Kekerasan di Kampus STIT Al Marhalah Al 'Ulya pada Kamis (27/02/2025). |
Bekasi, Pers Marhalah 'Ulya
STIT Al Marhalah Al 'Ulya Mengadakan seminar nasional dengan tema "Pendidikan Tanpa Kekerasan: Menyelesaikan Masalah dari Akar Masalah". Kegiatan diadakan di Aula Kampus STIT Al Marhalah Al 'Ulya pada Kamis (27/02/2025).
Baca Selengkapnya :
Undang Ketua KPU Kota Bekasi, SMP Al Muhadjirin Gelar P5 Bertema Suara Demokrasi
![]() |
Ketua BEM Kammalah, Muhammad Fikri |
Ketua BEM Kammalah, Muhammad Fikri menekankan pentingnya mahasiswa membangun perubahan dalam dirinya dan menemukan setiap solusi dari permasalahan untuk pendidikan di Indonesia.
"Mahasiswa itu sebagai Agent Of Change (Pihak yang mendorong terjadinya perubahan) untuk pendidikan," Ucapnya.
![]() |
Wakil Ketua 3 Bidang Kemahasiswaan, Prof. Hadi Winarno |
Mewakili Pihak Kampus, Bidang Kemahasiswaan, Prof. Hadi Winarno, berharap kegiatan ini bisa mengurangi segala bentuk kekerasan dalam dunia pendidikan di Indonesia, agar cita-cita Indonesia emas 2045 dapat tercapai.
"Semoga kegiatan seminar ini bisa meminimalisir kekerasan pendidikan di Indonesia," Terangnya.
![]() |
Wakil Ketua 1 Bidang Akademik, Ibu Eva Dwi Kumala Sari |
Tak hanya itu, Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STIT Al Marhalah Al 'Ulya, Ibu Eva Dwi Kumala Sari, menambahkan bahwasanya di Indonesia sudah ada sekolah inklusi yang tidak membedakan antara anak yang berkebutuhan khusus dengan anak reguler. Dengan begitu sistem pendidikan Indonesia terkoneksi kepada semua peserta didik.
![]() |
Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Bapak Novrian |
Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian, selaku narasumber, mengatakan bahwasanya membentuk generasi yang baik itu mulai dari lingkungan keluarga, RT, RW, Kecamatan hingga Negara.
"Hakikat Pendidikan yang terbaik itu ada di rumah,". Jelasnya.
Beliau menambahkan, yang paling terpenting dalam membangun pola pikir generasi peserta didik yang baik itu ketika siswa bisa bermanfaat dan menghargai orang lain bukan nilai dan ranking yang menjadi utamanya.
"Setiap anak itu punya potensi baik (Fitrah) dan budaya kompetisi di kelas harus dikurangi," Ujarnya.
![]() |
Komisioner Bawaslu dan Pemerhati Pendidikan, Ibu Choirunnisa Marzoeki |
Narasumber kedua, Choirunnisa Marzoeki, selaku Komisioner Bawaslu dan Pemerhati Pendidikan, menjelaskan bahwa yang paling penting dalam keluarga berkaitan dengan pengasuhan.
Selain itu, Menurutnya, rasa kebersamaan dalam keluarga itu harus terus dibangun sebaik mungkin agar semakin kuat hubungan antar anggota keluarga.
"Saya dulu bersama keluarga mengadakan ritual makan malam bersama," Ucapnya.
Ibu Choirunnisa juga menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal kepemimpinan tidak lagi bisa dibeda-bedakan berdasarkan jenis kelamin dikarenakan hal tersebut bukan menjadi indikator terbentuknya seorang pemimpin.
"Pemimpin itu dilihat dari kriteria, keterampilan dan pengalamannya bukan dari jenis kelaminnya," Jelasnya.
![]() |
Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono |
Narasumber terakhir, Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono, menjelaskan lima hak dasar anak yang harus menjadi perhatian orang tua yaitu, diajak partisipasi dan komunikasi, lingkungan pengasuhan positif, kesehatannya, pendidikannya dan mengisi waktu luang dengan anak.
Sehubungan hal itu, Pak Aris juga mengingatkan bahwa orang tua harus menguasai ranah digital sehingga kontrol bukan hanya pada dunia nyata melainkan juga di dunia maya.
"Literasi digital yang kuat membuat anak bisa terkontrol dengan baik," Tutupnya.
Posting Komentar untuk "Seminar Nasional STIT Al Marhalah Al 'Ulya: Pentingnya Pendidikan Tanpa Kekerasan Untuk Membangun Generasi Yang Baik"